• inpatnet

    inamika Pengaruh Politik terhadap Masyarakat Cina

    Dinamika Pengaruh Politik terhadap Masyarakat Cina – Politik dan kepemimpinan memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat Cina, sebuah negara yang memiliki sejarah politik yang kaya dan kompleks. Pengaruh politik dan kepemimpinan dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, dari kebijakan publik hingga nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana politik dan kepemimpinan memengaruhi masyarakat Cina serta implikasinya.

    Pengaruh Ideologi dan Kebijakan Politik

    Ideologi politik yang dianut oleh pemerintah Cina, terutama Partai Komunis Cina (PKC), memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat Cina. Kebijakan politik yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti kebijakan ekonomi, sosial, dan luar negeri, membentuk lingkungan sosial dan ekonomi di mana masyarakat beroperasi. Misalnya, kebijakan reformasi ekonomi yang dimulai pada tahun 1978 telah mengubah lanskap ekonomi Cina dan memengaruhi gaya hidup dan aspirasi masyarakat.

    inamika Pengaruh Politik terhadap Masyarakat Cina

    Kepemimpinan Politik

    Kepemimpinan politik, terutama oleh Presiden dan Sekretaris Jenderal PKC, juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat Cina. Kepemimpinan yang kuat dan stabil dapat memberikan arah dan visi bagi masyarakat, sementara kelemahan atau ketidakstabilan kepemimpinan dapat menciptakan ketidakpastian dan kekacauan. Pengambilan keputusan politik juga memengaruhi kebijakan publik dan prioritas pembangunan nasional yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.

    Kontrol Informasi dan Opini Publik

    Pemerintah Cina memiliki kontrol yang ketat atas media dan informasi, yang memengaruhi opini publik dan persepsi masyarakat terhadap politik dan kepemimpinan. Sensor dan sensor aktif digunakan untuk memantau dan mengatur aliran informasi yang masuk dan keluar dari negara, sehingga membentuk narasi politik yang diinginkan oleh pemerintah. Hal ini memengaruhi cara masyarakat Cina memahami isu-isu politik dan mengikuti arus berita.

    Budaya Politik dan Partisipasi

    Budaya politik di Cina juga memengaruhi partisipasi politik dan keterlibatan masyarakat dalam proses politik. Tradisi otoritarianisme dan hierarki dalam sistem politik Cina dapat menghambat partisipasi politik yang terbuka dan pluralistik. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat Cina semakin aktif dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat mereka tentang isu-isu politik melalui media sosial dan platform daring.

    Implikasi bagi Masyarakat

    Pengaruh politik dan kepemimpinan terhadap masyarakat Cina memiliki implikasi yang kompleks dan bervariasi. Di satu sisi, stabilitas politik dan kebijakan yang konsisten dapat memberikan keamanan dan kepastian bagi masyarakat. Namun, kontrol informasi dan pembatasan kebebasan berekspresi dapat menyebabkan ketidakpuasan dan ketegangan sosial di antara sebagian masyarakat.

    Pengaruh politik dan kepemimpinan terhadap masyarakat Cina sangatlah signifikan dalam membentuk struktur sosial, nilai-nilai budaya, dan partisipasi politik. Meskipun pemerintah memiliki kontrol yang ketat atas media dan informasi, masyarakat Cina tetap berperan aktif dalam proses politik melalui berbagai cara. Dengan memahami dinamika pengaruh politik dan kepemimpinan, kita dapat lebih baik memahami perubahan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Cina dalam konteks politik dan sosial yang berkembang.

  • inpatnet

    Tantangan Lingkungan Hidup di Tengah Masyarakat Cina

    Tantangan Lingkungan Hidup di Tengah Masyarakat Cina – Di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat dan urbanisasi yang cepat, masyarakat Cina dihadapkan pada tantangan lingkungan hidup yang serius. Peningkatan aktivitas industri, pertanian intensif, dan urbanisasi yang tak terelakkan telah menyebabkan polusi udara, air, dan tanah, serta penurunan kualitas lingkungan secara keseluruhan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tantangan lingkungan hidup yang dihadapi oleh masyarakat Cina serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

    Polusi Udara

    Salah satu tantangan lingkungan hidup utama di Cina adalah polusi udara yang parah, terutama di kota-kota besar dan daerah industri. Emisi dari industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran batu bara menyebabkan tingkat polusi udara yang tinggi, yang memiliki dampak serius pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.

    Tantangan Lingkungan Hidup di Tengah Masyarakat Cina

    Polusi Air

    Selain polusi udara, polusi air juga menjadi masalah yang mendesak di Cina. Limbah industri, pertanian intensif, dan pembuangan limbah domestik telah mengakibatkan pencemaran air di sungai, danau, dan sumber air lainnya. Ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat yang mengandalkan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga merusak ekosistem air yang rapuh.

    Pengelolaan Limbah

    Tantangan lain yang dihadapi oleh masyarakat Cina adalah pengelolaan limbah yang tidak efisien. Peningkatan konsumsi dan produksi menyebabkan peningkatan volume limbah, termasuk limbah plastik, elektronik, dan bahan berbahaya lainnya. Tanpa sistem pengelolaan limbah yang efektif, limbah ini sering kali dibuang secara tidak bertanggung jawab, mencemari tanah dan air serta membahayakan kesehatan manusia dan keberlanjutan lingkungan.

    Perubahan Iklim

    Perubahan iklim juga merupakan tantangan lingkungan hidup yang mendesak di Cina. Peningkatan suhu global, perubahan pola hujan, dan kejadian cuaca ekstrem semakin mempengaruhi pertanian, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. Sementara pemerintah Cina telah mengadopsi kebijakan dan inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, upaya lebih lanjut masih diperlukan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim ini.

    Kesadaran dan Aksi

    Untuk mengatasi tantangan lingkungan hidup ini, kesadaran dan aksi dari masyarakat Cina sangatlah penting. Peningkatan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, dan perlindungan alam dapat membantu mengubah perilaku individu dan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah perlu bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan yang lebih ketat, teknologi yang lebih bersih, dan praktik pengelolaan yang lebih berkelanjutan.

    Tantangan lingkungan hidup di tengah masyarakat Cina menuntut tanggapan yang segera dan berkelanjutan. Dengan meningkatnya kesadaran, edukasi, dan aksi kolektif, masyarakat Cina dapat bersama-sama mengatasi masalah polusi udara, polusi air, pengelolaan limbah, dan perubahan iklim. Melalui kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, Cina dapat memperkuat perlindungan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang dan memastikan keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang lebih baik.

  • inpatnet

    Pengaruh Budaya Barat Terhadap Gaya Hidup Pemuda di Cina

    Pengaruh Budaya Barat Terhadap Gaya Hidup Pemuda di Cina – Gaya hidup pemuda di Cina semakin dipengaruhi oleh budaya Barat dan Korea, menciptakan perubahan yang signifikan dalam perilaku, gaya hidup, dan preferensi konsumen. Fenomena ini mencerminkan globalisasi budaya yang telah memungkinkan aliran ide, tren, dan media dari berbagai belahan dunia. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana pengaruh budaya Barat dan Korea memengaruhi gaya hidup pemuda di Cina serta tantangan dan dampak yang terkait.

    Pengaruh Media dan Hiburan

    Salah satu faktor utama dalam pengaruh budaya Barat dan Korea di Cina adalah media dan hiburan. Film, musik, drama televisi, dan konten digital dari Barat dan Korea telah mendominasi pasar hiburan di Cina dan menjadi populer di kalangan pemuda. Melalui platform media sosial dan streaming, pemuda Cina dapat dengan mudah mengakses konten-konten tersebut, yang kemudian memengaruhi gaya hidup dan preferensi mereka.

    Pengaruh Budaya Barat Terhadap Gaya Hidup Pemuda di Cina

    Tren Fashion dan Gaya Hidup

    Budaya Barat dan Korea juga mempengaruhi tren fashion dan gaya hidup di kalangan pemuda Cina. Pemuda Cina semakin tertarik pada gaya berpakaian, rambut, dan kosmetik yang dipengaruhi oleh selebriti dan influencer dari Barat dan Korea. Hal ini tercermin dalam peningkatan minat terhadap merek-merek internasional dan produk-produk kecantikan Korea di pasar Cina.

    Perubahan Pola Konsumsi

    Pengaruh budaya Barat dan Korea juga mempengaruhi pola konsumsi pemuda di Cina. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap gaya hidup konsumtif yang dipromosikan oleh media Barat dan Korea, termasuk perjalanan, makanan cepat saji, gadget terbaru, dan produk-produk fashion. Hal ini menciptakan pasar yang berkembang pesat bagi produk-produk yang mencerminkan gaya hidup Barat dan Korea di Cina.

    Tantangan Terkait Identitas Budaya

    Meskipun pengaruh budaya Barat dan Korea membawa banyak inovasi dan variasi dalam gaya hidup pemuda di Cina, hal ini juga menimbulkan tantangan terkait identitas budaya. Beberapa orang mengkhawatirkan bahwa kecenderungan untuk mengadopsi budaya asing dapat mengaburkan identitas budaya tradisional Cina dan mengarah pada kehilangan nilai-nilai budaya yang penting.

    Dampak Positif dan Negatif

    Pengaruh budaya Barat dan Korea memiliki dampak yang kompleks dan bervariasi. Di satu sisi, hal ini membawa inovasi, variasi, dan kemajuan dalam gaya hidup, hiburan, dan industri kreatif di Cina. Namun, di sisi lain, hal ini juga dapat menyebabkan homogenisasi budaya, pengabaian terhadap nilai-nilai tradisional, dan ketidakseimbangan antara identitas budaya lokal dan global.

    Pengaruh budaya Barat dan Korea telah membawa perubahan yang signifikan dalam gaya hidup pemuda di Cina. Melalui media, hiburan, fashion, dan gaya hidup, budaya asing telah memengaruhi preferensi konsumen, pola konsumsi, dan identitas budaya pemuda Cina. Meskipun ada tantangan terkait dengan keberlanjutan identitas budaya tradisional, pengaruh budaya asing juga membawa dampak positif dalam bentuk inovasi dan variasi. Oleh karena itu, penting untuk mengakui kompleksitas dan keragaman pengaruh budaya dalam masyarakat modern dan mengembangkan strategi yang seimbang untuk mempromosikan keberagaman budaya dan memelihara identitas budaya yang unik.

  • inpatnet

    Kendali Media Sosia; dan Internet oleh Pemerintah di Cina

    Kendali Media Sosia; dan Internet oleh Pemerintah di Cina – Pemerintah Cina telah dikenal karena memiliki kendali yang ketat atas media dan internet, dengan penerapan sensor yang aktif untuk mengatur konten yang dapat diakses oleh masyarakat. Fenomena ini mencerminkan strategi yang dipilih oleh pemerintah untuk memantau dan mengendalikan aliran informasi yang masuk dan keluar dari negara tersebut. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana pemerintah Cina mengendalikan media dan internet serta dampaknya terhadap masyarakat dan kebebasan berekspresi.

    Sensor Aktif dan Censorship

    Pemerintah Cina memiliki sistem sensor aktif yang bertujuan untuk memblokir atau membatasi akses ke konten yang dianggap sensitif atau merugikan bagi kepentingan negara. Hal ini mencakup pembatasan terhadap situs web luar negeri, platform media sosial, aplikasi pesan, dan konten daring lainnya yang dianggap mengancam stabilitas sosial atau otoritas pemerintah. Sensor ini juga mencakup pemantauan dan sensor atas kata-kata kunci tertentu dalam percakapan daring.

    Kendali Media Sosia; dan Internet oleh Pemerintah di Cina

    Pengawasan Terhadap Media Konvensional

    Selain sensor internet, pemerintah Cina juga memiliki kendali yang ketat atas media konvensional seperti televisi, radio, dan surat kabar. Organisasi media di Cina diberikan arahan yang ketat dari pemerintah dan sering kali harus mematuhi panduan yang ditetapkan. Ini memastikan bahwa liputan media sesuai dengan narasi yang diinginkan oleh pemerintah dan menjaga informasi yang tidak diinginkan dari masyarakat.

    Pengaruh Terhadap Opini Publik

    Kendali yang ketat atas media dan internet memungkinkan pemerintah Cina untuk mempengaruhi opini publik dan persepsi masyarakat terhadap isu-isu tertentu. Dengan membatasi akses terhadap informasi yang kontroversial atau kritis terhadap pemerintah, pemerintah dapat memelihara stabilitas sosial dan menghindari potensi ketidakpuasan atau protes.

    Tantangan Bagi Kebebasan Berekspresi

    Meskipun pendekatan ini dapat menghasilkan stabilitas sosial dalam jangka pendek, kendali yang ketat atas media dan internet juga menimbulkan tantangan bagi kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia. Banyak aktivis, jurnalis, dan individu yang berbicara terhadap pemerintah Cina menghadapi penindasan, penangkapan, atau pembatasan atas kegiatan mereka. Ini menciptakan lingkungan di mana kritik terhadap pemerintah sering kali ditekan.

    Mendorong Inovasi Teknologi Alternatif

    Kendali yang ketat atas media dan internet juga telah mendorong inovasi dalam teknologi alternatif yang dapat menghindari sensor pemerintah. Misalnya, masyarakat Cina telah mengadopsi penggunaan jaringan pribadi virtual (VPN) untuk mengakses konten yang diblokir dan menggunakan aplikasi pesan terenkripsi untuk berkomunikasi secara rahasia. Meskipun pemerintah Cina berusaha untuk memblokir teknologi ini, upaya untuk memperoleh akses terus berlanjut.

    Kendali yang ketat atas media dan internet oleh pemerintah Cina dengan sensor yang aktif memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat dan kebebasan berekspresi. Sementara pendekatan ini bertujuan untuk mempertahankan stabilitas sosial dan otoritas pemerintah, hal ini juga menimbulkan tantangan bagi kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia. Di sisi lain, sensor ini juga mendorong inovasi dalam teknologi alternatif yang dapat mengatasi pembatasan pemerintah. Dengan demikian, masalah kendali media dan internet di Cina tetap menjadi topik kontroversial dan relevan dalam tatanan global.

  • inpatnet

    Tantangan Ketidaksetaraan Pendapatan Ekonomi di Cina

    Tantangan Ketidaksetaraan Pendapatan Ekonomi di Cina – Meskipun Cina telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir, masalah ketidaksetaraan pendapatan tetap menjadi salah satu tantangan yang signifikan dalam pembangunan negara tersebut. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dampak ketidaksetaraan pendapatan di tengah pertumbuhan ekonomi yang cepat di Cina, serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.

    Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat

    Cina telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 6-7% per tahun selama beberapa dekade terakhir. Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini telah menyebabkan peningkatan pendapatan dan kemakmuran bagi sebagian besar penduduk, tetapi juga menciptakan ketidaksetaraan yang signifikan dalam distribusi pendapatan.

    Tantangan Ketidaksetaraan Pendapatan Ekonomi di Cina

    Ketidaksetaraan Pendapatan yang Meningkat

    Meskipun pertumbuhan ekonomi yang cepat telah mengangkat jutaan orang dari kemiskinan, namun ketidaksetaraan pendapatan di Cina terus meningkat. Menurut data dari Biro Statistik Nasional Cina, kesenjangan antara pendapatan kaya dan miskin telah memperbesar dalam beberapa tahun terakhir, dengan sebagian kecil populasi yang mengumpulkan kekayaan yang luar biasa sementara sebagian besar penduduk tetap berada dalam kondisi relatif miskin.

    Dampak Sosial dan Ekonomi

    Ketidaksetaraan pendapatan memiliki dampak yang luas pada masyarakat dan ekonomi Cina. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan sosial, ketidakpuasan politik, dan ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, ketidaksetaraan pendapatan juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan mengurangi daya beli konsumen dan menghambat mobilitas sosial.

    Penyebab Ketidaksetaraan Pendapatan

    Beberapa faktor telah menyebabkan ketidaksetaraan pendapatan di Cina, termasuk ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara perkotaan dan pedesaan, antara wilayah pesisir dan pedalaman, serta antara sektor industri dan sektor pertanian. Selain itu, korupsi, nepotisme, dan ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan dan peluang ekonomi juga berkontribusi pada ketidaksetaraan pendapatan yang tinggi.

    Upaya Mengatasi Ketidaksetaraan Pendapatan

    Pemerintah Cina telah menyadari dampak negatif dari ketidaksetaraan pendapatan dan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Ini termasuk kebijakan redistribusi pendapatan, program bantuan sosial, peningkatan akses terhadap pendidikan dan pelatihan kerja, serta reformasi struktural untuk meningkatkan kesetaraan kesempatan ekonomi.

    Meskipun pertumbuhan ekonomi yang cepat telah membawa kemakmuran bagi sebagian besar penduduk Cina, ketidaksetaraan pendapatan tetap menjadi masalah yang signifikan dalam pembangunan negara tersebut. Dampak sosial dan ekonomi dari ketidaksetaraan pendapatan memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat, dan upaya terus dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan ketidaksetaraan pendapatan di Cina dapat dikurangi, menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

  • inpatnet

    Pentingnya Nilai Tradisional dalam Masyarakat Cina

    Pentingnya Nilai Tradisional dalam Masyarakat Cina – Di tengah pesatnya modernisasi dan globalisasi, nilai-nilai tradisional tetap menjadi landasan kuat dalam masyarakat Cina. Warisan budaya yang kaya telah membentuk cara hidup, perilaku, dan pandangan dunia orang-orang Cina selama berabad-abad. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengapa nilai tradisional sangat dihormati dalam masyarakat Cina dan bagaimana nilainya memengaruhi kehidupan sehari-hari.

    Kedalaman Sejarah dan Budaya

    Masyarakat Cina memiliki sejarah dan budaya yang sangat kaya, yang telah menghasilkan nilai-nilai tradisional yang mendalam. Nilai-nilai ini sering kali berasal dari ajaran konfusianisme, taoisme, dan agama-agama lainnya yang telah membentuk etika, moralitas, dan cara berpikir masyarakat Cina selama berabad-abad. Kedalaman sejarah dan budaya ini membuat nilai tradisional dihormati dan dilestarikan dari generasi ke generasi.

    Pentingnya Nilai Tradisional dalam Masyarakat Cina

    Kebanggaan Identitas Budaya

    Pentingnya nilai tradisional dalam masyarakat Cina juga terkait erat dengan kebanggaan identitas budaya. Orang-orang Cina merasa bangga dengan warisan budaya mereka dan menghargai nilai-nilai seperti kesopanan, hormat kepada orang tua, kepatuhan pada otoritas, dan harmoni dalam hubungan sosial. Nilai-nilai ini tidak hanya menjadi bagian dari identitas individual, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dalam masyarakat.

    Peran dalam Keluarga dan Masyarakat

    Nilai tradisional memainkan peran yang sangat penting dalam struktur keluarga dan masyarakat Cina. Misalnya, penghormatan terhadap orang tua dan leluhur dianggap sebagai kewajiban yang suci, sementara harmoni dalam hubungan sosial dianggap sebagai prinsip penting dalam mempertahankan stabilitas masyarakat. Nilai-nilai ini membentuk dasar etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.

    Kesinambungan Generasi dan Pendidikan

    Pentingnya nilai tradisional tercermin dalam pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda. Orang tua dan lembaga pendidikan mengajarkan nilai-nilai tradisional kepada anak-anak mereka sebagai bagian dari proses pembentukan karakter. Dengan demikian, nilai-nilai seperti integritas, kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab menjadi bagian integral dari pendidikan Cina.

    Relevansi dalam Era Modern

    Meskipun terjadi perubahan besar dalam masyarakat Cina karena modernisasi dan globalisasi, nilai tradisional tetap relevan dan dihormati. Bahkan dalam era digital dan global, orang-orang Cina masih menghargai nilai-nilai seperti etika kerja, rasa hormat kepada orang tua, dan rasa solidaritas dalam keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai ini tetap menjadi panduan dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman.

    Nilai tradisional memiliki tempat yang istimewa dalam masyarakat Cina, membentuk pondasi etika, moralitas, dan identitas budaya. Warisan budaya yang kaya, kebanggaan identitas budaya, peran dalam keluarga dan masyarakat, kesinambungan generasi, dan relevansinya dalam era modern semua menjadikan nilai tradisional sangat dihormati dalam masyarakat Cina. Dengan mempertahankan dan menerapkan nilai-nilai ini, masyarakat Cina memperkaya budaya mereka sendiri dan memberikan kontribusi yang berharga bagi keharmonisan sosial dan perkembangan yang berkelanjutan.

  • inpatnet

    Demografi di Cina Berdampak Pada Populasi Tua yang Bertambah

    Demografi di Cina Berdampak Pada Populasi Tua yang Bertambah – Perubahan demografi di Cina menjadi sorotan global karena populasi tua yang semakin bertambah sebagai dampak dari kebijakan satu anak yang diterapkan selama beberapa dekade. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi struktur demografi negara tersebut, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi perubahan demografi di Cina dan dampak populasi tua yang semakin bertambah akibat kebijakan satu anak.

    Kebijakan Satu Anak dan Penurunan Tingkat Kelahiran

    Kebijakan satu anak yang diterapkan di Cina dari tahun 1979 hingga 2015 bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan populasi. Kebijakan ini mewajibkan pasangan menikah untuk hanya memiliki satu anak, dengan beberapa pengecualian tertentu. Sebagai hasil dari kebijakan ini, tingkat kelahiran di Cina turun secara signifikan, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan populasi yang lambat dan populasi tua yang semakin bertambah.

    Demografi di Cina Berdampak Pada Populasi Tua yang Bertambah

    Tren Penuaan Populasi

    Peningkatan harapan hidup dan penurunan tingkat kelahiran telah menyebabkan populasi Cina menjadi semakin tua. Menurut data dari Biro Statistik Nasional Cina, pada tahun 2020, lebih dari 18% dari total populasi Cina berusia 60 tahun ke atas, dan diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang. Ini menempatkan Cina di depan tantangan penuaan populasi yang signifikan.

    Tantangan Sosial dan Ekonomi

    Peningkatan populasi tua membawa sejumlah tantangan sosial dan ekonomi. Misalnya, meningkatnya jumlah orang tua yang membutuhkan perawatan dapat menimbulkan tekanan pada sistem perawatan kesehatan dan jaringan dukungan sosial. Selain itu, populasi yang semakin tua juga dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi karena berkurangnya jumlah angkatan kerja produktif dan meningkatnya beban kesejahteraan sosial.

    Dampak pada Struktur Keluarga dan Masyarakat

    Perubahan demografi juga berdampak pada struktur keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan semakin bertambahnya jumlah orang tua yang membutuhkan perawatan, ada tekanan tambahan pada generasi muda, baik secara finansial maupun emosional. Selain itu, mungkin juga terjadi perubahan dalam nilai-nilai budaya dan peran tradisional dalam keluarga dan masyarakat.

    Respons Pemerintah dan Kebijakan Baru

    Pemerintah Cina menyadari tantangan yang terkait dengan perubahan demografi ini dan telah mulai merespons dengan mengubah kebijakan populasi. Pada tahun 2016, kebijakan dua anak diperkenalkan untuk mengatasi masalah penuaan populasi dan mengimbangi struktur demografi yang tidak seimbang. Namun, dampak kebijakan baru ini masih memerlukan waktu untuk dievaluasi.

    Perubahan demografi di Cina, terutama peningkatan populasi tua akibat kebijakan satu anak, memiliki dampak yang kompleks dan signifikan. Dengan populasi tua yang semakin bertambah, Cina dihadapkan pada tantangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan yang serius. Penting bagi pemerintah dan masyarakat Cina untuk merespons secara proaktif dengan kebijakan dan program yang mendukung populasi yang semakin tua dan mengatasi dampak perubahan demografi ini secara efektif.

  • inpatnet

    Pentingnya Pendidikan dalam Masyarakat Cina

    Pentingnya Pendidikan dalam Masyarakat Cina – Pendidikan telah lama dianggap sebagai hal yang sangat penting dalam masyarakat Cina. Nilai-nilai tradisional yang mendorong pentingnya pendidikan telah diteruskan dari generasi ke generasi, membentuk fondasi yang kuat bagi kesuksesan individu dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengapa masyarakat Cina begitu menghargai pendidikan dan dampaknya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi.

    Warisan Budaya dan Tradisi

    Pentingnya pendidikan dalam masyarakat Cina tercermin dalam warisan budaya dan tradisi yang kaya. Sejak zaman kuno, pendidikan telah dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan kehidupan seseorang, mencapai kesuksesan, dan menghormati leluhur. Nilai-nilai seperti kerja keras, disiplin, dan pengabdian dalam belajar menjadi bagian integral dari budaya pendidikan Cina.

    Pentingnya Pendidikan dalam Masyarakat Cina

    Pembangunan Ekonomi dan Persaingan Global

    Dalam era modern, pentingnya pendidikan dalam masyarakat Cina semakin diperkuat oleh pembangunan ekonomi yang pesat dan persaingan global. Masyarakat Cina menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk bersaing dalam ekonomi global yang semakin kompleks dan teknologi yang berkembang pesat. Oleh karena itu, orang tua dan anak-anak mereka berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan.

    Investasi Besar dalam Pendidikan

    Pemerintah Cina telah melakukan investasi besar dalam sektor pendidikan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengembangkan kekuatan ekonomi negara. Dengan membangun sekolah-sekolah baru, meningkatkan akses pendidikan, dan meningkatkan kualitas pengajaran dan kurikulum, Cina berusaha untuk memastikan bahwa semua warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

    Kesejahteraan Sosial dan Mobilitas Sosial

    Pendidikan juga dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan mobilitas sosial di masyarakat Cina. Dengan mendapatkan pendidikan yang baik, seseorang memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan status sosial mereka. Ini tidak hanya bermanfaat bagi individu dan keluarga mereka, tetapi juga bagi kemajuan sosial dan ekonomi negara secara keseluruhan.

    Kebanggaan Nasional dan Identitas Budaya

    Pendidikan juga memainkan peran penting dalam memelihara kebanggaan nasional dan identitas budaya dalam masyarakat Cina. Melalui pendidikan, generasi muda diajarkan tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai tradisional Cina, memperkuat rasa bangga dan identitas nasional mereka. Ini membentuk fondasi yang kokoh bagi pembangunan bangsa dan pengaruh Cina di dunia.

    Pentingnya pendidikan dalam masyarakat Cina tidak bisa diremehkan. Nilai-nilai tradisional, pembangunan ekonomi, investasi pemerintah, kesejahteraan sosial, dan identitas budaya semuanya berkontribusi pada penghargaan yang mendalam terhadap pendidikan di antara masyarakat Cina. Dengan terus memprioritaskan pendidikan dan memberikan akses yang lebih baik ke pendidikan berkualitas, masyarakat Cina dapat terus maju menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.

  • inpatnet

    Cina Menjadi Pemimpin Inovasi Teknologi yang Menginspirasi

    Cina Menjadi Pemimpin Inovasi Teknologi yang Menginspirasi – Cina telah menempatkan dirinya sebagai pemimpin dalam inovasi teknologi, mengesankan dunia dengan kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang teknologi. Negara ini tidak hanya mengadopsi teknologi terbaru dengan cepat, tetapi juga aktif dalam mengembangkan teknologi baru yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana Cina telah menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi, serta dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat global.

    Investasi Massif dalam Penelitian dan Pengembangan

    Salah satu kunci kesuksesan Cina dalam inovasi teknologi adalah investasi yang massif dalam penelitian dan pengembangan. Pemerintah Cina telah mengalokasikan dana yang besar untuk mendukung penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi di berbagai bidang, mulai dari kecerdasan buatan hingga teknologi keuangan. Ini menciptakan lingkungan yang kondusif untuk inovasi dan memungkinkan para ilmuwan dan insinyur untuk mengeksplorasi ide-ide baru.

    Cina Menjadi Pemimpin Inovasi Teknologi yang Menginspirasi

    Fokus pada Inovasi Teknologi Kunci

    Cina telah menetapkan fokus pada beberapa bidang inovasi teknologi kunci yang dianggap kritis untuk pertumbuhan ekonomi masa depan, seperti kecerdasan buatan, teknologi keuangan, energi terbarukan, dan kendaraan otonom. Pemerintah, perusahaan, dan perguruan tinggi bekerja sama untuk mengembangkan solusi inovatif dalam bidang-bidang ini, dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing Cina dalam ekonomi global.

    Keterlibatan Pemerintah dalam Ekosistem Inovasi

    Pemerintah Cina memainkan peran yang aktif dalam membentuk ekosistem inovasi negara tersebut. Dengan memberikan insentif keuangan, pajak, dan kebijakan lainnya, pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi. Selain itu, pemerintah juga mendukung pendirian pusat-pusat riset dan inkubator teknologi untuk memfasilitasi kolaborasi antara sektor publik dan swasta.

    Peran Perusahaan Teknologi Cina yang Dominan

    Perusahaan-perusahaan teknologi Cina seperti Alibaba, Tencent, Huawei, dan Baidu telah memainkan peran penting dalam mendorong inovasi teknologi di tingkat nasional dan global. Mereka tidak hanya mengembangkan produk dan layanan inovatif untuk pasar domestik, tetapi juga memperluas kehadiran mereka ke pasar internasional dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan teknologi global lainnya.

    Dampak Global Inovasi Teknologi Cina

    Inovasi teknologi Cina memiliki dampak yang signifikan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di seluruh dunia. Produk dan layanan inovatif dari perusahaan-perusahaan teknologi Cina telah mengubah cara orang berbelanja, berkomunikasi, dan bekerja di berbagai belahan dunia. Selain itu, Cina juga menjadi pusat kolaborasi internasional dalam penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi, memperkuat posisinya sebagai pemimpin global dalam inovasi.

    Cina telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin dalam inovasi teknologi, menghadirkan solusi inovatif untuk tantangan-tantangan masa depan dan membantu membentuk masa depan teknologi global. Dengan terus mengalokasikan sumber daya untuk penelitian dan pengembangan, mendorong kolaborasi antara sektor publik dan swasta, dan memperluas kehadiran globalnya, Cina memiliki potensi besar untuk terus menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi dalam beberapa dekade mendatang. Dengan demikian, peran Cina dalam ekosistem inovasi global akan semakin penting dalam menciptakan dunia yang lebih maju dan berkelanjutan.

  • inpatnet

    Cina Dengan Kekuatan Ekonomi Global yang Memukau

    Cina Dengan Kekuatan Ekonomi Global yang Memukau – Cina telah mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, menarik perhatian dunia dengan pertumbuhan ekonominya yang pesat dan pengaruhnya yang semakin besar dalam politik, perdagangan, dan investasi global. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi fenomena Cina sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, serta faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ekonominya yang luar biasa.

    Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat

    Pertumbuhan ekonomi Cina selama beberapa dekade terakhir telah mengagumkan dunia. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sekitar 6-7% per tahun, Cina telah berhasil mengubah dirinya dari negara agraris menjadi kekuatan ekonomi global yang dominan. Pertumbuhan ekonomi yang kuat ini didukung oleh investasi dalam infrastruktur, industri manufaktur, dan sektor jasa yang berkembang pesat.

    Cina Dengan Kekuatan Ekonomi Global yang Memukau

    Posisi Sebagai Pusat Manufaktur Dunia

    Cina dikenal sebagai pusat manufaktur dunia, memproduksi berbagai macam barang mulai dari barang konsumen hingga barang modal. Keunggulan kompetitif Cina dalam hal biaya tenaga kerja, infrastruktur yang baik, dan kebijakan industri yang mendukung telah membuatnya menjadi tujuan utama bagi perusahaan-perusahaan global yang ingin memproduksi barang dengan biaya rendah.

    Investasi Luar Negeri yang Agresif

    Selain menjadi pusat produksi, Cina juga menjadi kekuatan investasi global yang signifikan. Pemerintah dan perusahaan Cina telah melakukan investasi besar-besaran di berbagai negara di seluruh dunia, terutama dalam infrastruktur, energi, dan sumber daya alam. Hal ini memperkuat posisi Cina sebagai pemain utama dalam ekonomi global dan memberinya akses ke pasar dan sumber daya yang lebih luas.

    Inovasi dan Teknologi

    Cina telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan inovasi dan pengembangan teknologi sebagai bagian dari strategi pertumbuhan ekonominya. Negara ini telah mengalokasikan sumber daya besar untuk penelitian dan pengembangan di berbagai bidang, termasuk kecerdasan buatan, teknologi keuangan, dan energi terbarukan. Strategi seperti “Made in China 2025” menunjukkan niat China untuk menjadi pemimpin teknologi dunia.

    Pembangunan Infrastruktur yang Canggih

    Cina telah mengesankan dunia dengan pembangunan infrastruktur yang canggih, termasuk jaringan jalan raya, kereta cepat, bandara, pelabuhan, dan proyek-proyek mega lainnya. Pembangunan infrastruktur yang luas ini tidak hanya memfasilitasi pertumbuhan ekonomi domestik, tetapi juga mendukung konektivitas regional dan global, memperkuat posisi Cina sebagai kekuatan ekonomi global yang tak terhindarkan.

    Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, investasi luar negeri yang agresif, inovasi teknologi yang menonjol, dan pembangunan infrastruktur yang canggih, Cina telah mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Meskipun menghadapi tantangan seperti ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian geopolitik, Cina terus menunjukkan ketahanan ekonomi dan tekad untuk memimpin dalam era globalisasi. Dengan mengelola pertumbuhan ekonominya secara berkelanjutan dan memperkuat inovasi dan ketahanan ekonominya, Cina berpotensi untuk terus menjadi kekuatan ekonomi yang dominan dalam dekade mendatang.

  • inpatnet

    Transformasi Perkotaan Akibat Peningkatan Urbanisasi di Cina

    Transformasi Perkotaan Akibat Peningkatan Urbanisasi di Cina – Urbanisasi di Cina telah menjadi salah satu fenomena paling menonjol dalam perkembangan negara tersebut selama beberapa dekade terakhir. Dengan miliaran penduduk yang bermigrasi dari pedesaan ke kota-kota besar, transformasi perkotaan di Cina telah menjadi pusat perhatian global. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi peningkatan urbanisasi di Cina, serta dampaknya yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.

    Pertumbuhan Ekonomi dan Peluang Kerja

    Salah satu faktor utama yang mendorong urbanisasi di Cina adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peluang kerja yang tersedia di kota-kota besar. Kota-kota seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou menjadi pusat industri, perdagangan, dan jasa yang menarik jutaan penduduk untuk mencari pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

    Transformasi Perkotaan Akibat Peningkatan Urbanisasi di Cina

    Infrastruktur Kota yang Maju

    Peningkatan urbanisasi di Cina juga didukung oleh pembangunan infrastruktur kota yang maju. Pemerintah Cina telah menginvestasikan jumlah besar dalam pembangunan jalan raya, kereta api, bandara, dan fasilitas publik lainnya di kota-kota besar untuk mendukung pertumbuhan perkotaan yang cepat. Ini tidak hanya meningkatkan koneksi antarkota, tetapi juga memberikan akses yang lebih baik ke layanan dan peluang ekonomi bagi penduduk.

    Perubahan Gaya Hidup dan Konsumsi

    Urbanisasi di Cina juga telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi penduduk. Penduduk perkotaan cenderung memiliki gaya hidup yang lebih modern dan konsumsi yang lebih tinggi, termasuk pembelian properti, mobil, dan barang-barang elektronik. Ini menciptakan pasar konsumen yang besar bagi perusahaan-perusahaan lokal maupun internasional.

    Tantangan Lingkungan dan Keberlanjutan

    Namun, peningkatan urbanisasi juga membawa sejumlah tantangan, terutama terkait dengan lingkungan dan keberlanjutan. Pertumbuhan perkotaan yang cepat meningkatkan tekanan pada sumber daya alam, polusi udara, air, dan tanah, serta menyebabkan kerusakan habitat alami. Pemerintah Cina terus berusaha untuk mengatasi tantangan lingkungan ini melalui kebijakan-kebijakan perlindungan lingkungan dan investasi dalam energi terbarukan.

    Kesenjangan Perkotaan-Rural

    Salah satu dampak dari peningkatan urbanisasi adalah terciptanya kesenjangan antara kota dan pedesaan. Meskipun kota-kota besar menawarkan peluang ekonomi dan infrastruktur yang lebih baik, penduduk pedesaan sering menghadapi akses terbatas ke layanan kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja yang layak. Pemerintah Cina terus berupaya untuk mengurangi kesenjangan ini melalui kebijakan-kebijakan pembangunan pedesaan dan redistribusi sumber daya.

    Peningkatan urbanisasi di Cina telah mengubah wajah negara tersebut secara dramatis. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, pembangunan infrastruktur kota yang maju, perubahan gaya hidup, dan tantangan lingkungan yang kompleks, transformasi perkotaan di Cina terus menjadi sorotan dunia. Bagi pemerintah dan masyarakat Cina, tantangan terbesar adalah bagaimana mengelola pertumbuhan perkotaan yang cepat dengan berkelanjutan, sambil meminimalkan dampak negatifnya dan memastikan bahwa semua penduduk dapat merasakan manfaat dari perkembangan perkotaan yang dinamis ini.

  • inpatnet

    Tantangan & Potensi Cina Sebagai Populasi Terbesar di Dunia

    Tantangan & Potensi Cina Sebagai Populasi Terbesar di Dunia – Cina telah lama dikenal sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia. Dengan lebih dari 1,4 miliar penduduk, negara ini memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan global, termasuk ekonomi, budaya, dan lingkungan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi fenomena Cina sebagai populasi terbesar di dunia, serta tantangan dan potensi yang terkait.

    Pertumbuhan Populasi yang Cepat

    Pertumbuhan populasi di Cina telah menjadi perhatian global selama beberapa dekade terakhir. Meskipun pemerintah Cina menerapkan kebijakan satu anak (one-child policy) dari tahun 1979 hingga 2015 untuk mengendalikan pertumbuhan populasi, namun kebijakan ini telah diubah menjadi dua anak (two-child policy) pada tahun 2016. Meskipun demikian, dampak dari kebijakan satu anak masih terasa, dengan distribusi usia penduduk yang tidak seimbang.

    Tantangan & Potensi Cina Sebagai Populasi Terbesar di Dunia

    Tantangan Ekonomi dan Sosial

    Pertumbuhan populasi yang cepat telah menghadirkan sejumlah tantangan ekonomi dan sosial bagi Cina. Salah satunya adalah tekanan pada sumber daya alam, infrastruktur, dan layanan publik seperti pendidikan dan perawatan kesehatan. Selain itu, pertumbuhan populasi yang cepat juga meningkatkan persaingan di pasar tenaga kerja, terutama di sektor-sektor perkotaan.

    Urbanisasi yang Pesat

    Seiring pertumbuhan populasi, Cina juga mengalami urbanisasi yang cepat. Jutaan penduduk bermigrasi dari pedesaan ke kota-kota besar untuk mencari peluang ekonomi dan perbaikan gaya hidup. Urbanisasi ini telah menciptakan mega-kota seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, yang menjadi pusat ekonomi, teknologi, dan budaya.

    Potensi Pasar Konsumen Terbesar

    Dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa, Cina juga memiliki potensi pasar konsumen terbesar di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang pesat telah meningkatkan daya beli masyarakat Cina, yang kini semakin mengkonsumsi barang-barang dan layanan-layanan dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini menjadikan Cina sebagai target utama bagi perusahaan-perusahaan global yang ingin memperluas bisnis mereka.

    Tantangan Lingkungan dan Keberlanjutan

    Pertumbuhan populasi yang cepat dan urbanisasi yang pesat juga memberikan dampak besar pada lingkungan dan keberlanjutan di Cina. Polusi udara, air, dan tanah menjadi masalah serius di banyak kota, sementara permintaan energi yang tinggi meningkatkan tekanan pada sumber daya alam dan meningkatkan emisi gas rumah kaca.

    Pengaruh Budaya dan Teknologi

    Sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, Cina juga memiliki pengaruh budaya dan teknologi yang besar. Industri hiburan dan teknologi Cina semakin mendominasi pasar global, dengan film-film, musik, dan aplikasi teknologi seperti TikTok menjadi populer di seluruh dunia.

    Kebijakan Demografi dan Perencanaan Keluarga

    Pemerintah Cina terus berusaha untuk mengelola pertumbuhan populasi melalui kebijakan demografi dan perencanaan keluarga. Selain mengubah kebijakan jumlah anak, pemerintah juga mendorong keluarga untuk memiliki anak lebih awal dan memberikan insentif kepada keluarga dengan jumlah anak yang lebih banyak.

    Sebagai populasi terbesar di dunia, Cina memiliki dampak yang luas dalam berbagai aspek kehidupan global. Dengan tantangan-tantangan seperti pertumbuhan populasi yang cepat, urbanisasi yang pesat, dan masalah lingkungan, Cina dihadapkan pada sejumlah tantangan yang kompleks. Namun, dengan potensi pasar konsumen terbesar, pengaruh budaya dan teknologi yang besar, serta kebijakan demografi yang inovatif, Cina juga memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi dan budaya yang semakin dominan di masa depan.

  • Kemerosotan Covid Ekonomi Negara di China
    inpatnet

    Kemerosotan Covid Ekonomi Negara di China

    Kemerosotan Covid Ekonomi Negara di China – Penguncian yang berkelanjutan di negara itu memiliki konsekuensi pada kemampuannya untuk melakukan bisnis.

    • Ketika rawat inap Covid AS naik sekali lagi, kekurangan perawatan kronis semakin memburuk.
    • Permintaan vaksin cacar monyet melebihi pasokan nasional, kata CDC.
    • Studi terbesar yang pernah dilakukan menunjukkan bagaimana vaksin Covid memengaruhi menstruasi. Tetapi para ahli mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir.
    • Temukan pembaruan terbaru di sini, dan lihat peta dan pelacak vaksin kami.

    Kemerosotan ekonomi China akibat Covid

    Kemerosotan Covid Ekonomi Negara di China

    Mesin ekonomi China bergidik. Biro Statistik Nasional negara itu mengatakan hari ini bahwa ekonomi tumbuh hanya 0,4 persen pada kuartal kedua. Itu lebih kecil dari yang diharapkan dan pertumbuhan terendah sejak bulan-bulan awal pandemi.

    Hari-hari ini, penguncian dan karantina massal yang berkelanjutan di negara itu memiliki konsekuensi luas pada kemampuannya untuk melakukan bisnis, yang pada gilirannya memiliki efek signifikan pada ekonomi global. Untuk lebih lanjut, saya berbicara dengan rekan saya Chris Buckley, yang meliput China.

    Apa yang terjadi dalam ekonomi Cina?

    Penguncian Shanghai – kota terbesar dan paling penting secara komersial di China merupakan pukulan langsung terhadap ekonomi, dan itu mengikat produksi industri, logistik, dan ritel di bagian yang sangat penting di China. Itu memiliki efek riak di seluruh ekonomi China dan internasional.

    Tetapi masalah yang lebih besar ke depan adalah efek pengurasan ketidakpastian tentang kebijakan Covid negara itu terutama kemungkinan wabah dan penguncian Covid pada aktivitas ekonomi.

    Anda mendapatkan pengertian dari para pebisnis di China, dari perusahaan multinasional hingga toko-toko kecil, bahwa ketidakpastian yang menyelimuti ekonomi ini membuat mereka sulit untuk membuat keputusan investasi, bepergian atau membeli properti. Itu menggantung di atas ekonomi seperti awan gelap.

    Bagaimana situasi Covid saat ini?

    Angka-angka terbaru yang dikeluarkan oleh Komisi Kesehatan Nasional China menunjukkan pola ini di mana tidak ada wabah besar tetapi ledakan yang lebih kecil di seluruh negeri yang merepotkan pemerintah daerah karena mereka berada di bawah tekanan untuk mengendalikan kelompok ini dengan cepat.

    Baru-baru ini, kami telah melihat kebangkitan kasus di Shanghai. Lanzhou, sebuah kota besar di Cina Barat Laut, telah ditutup untuk mencoba memberantas wabah di sana. Dan kami telah melihat kabupaten dan kota besar lainnya di timur ditutup untuk pengujian massal untuk mencoba membasmi kelompok. Tetapi dengan Omicron dan variannya yang berubah, sangat sulit untuk terus memadamkan wabah ini ini menguras tenaga warga dan juga pejabat setempat yang bertanggung jawab.

    Jumlah resmi yang terlibat tidak banyak. Rabu, ada 292 kasus baru yang dikonfirmasi, termasuk yang disebut kasus tanpa gejala. Itu kecil menurut standar sebagian besar negara, tetapi dengan pemerintah China berkomitmen untuk “nol Covid,” itu masih menciptakan tekanan besar pada pejabat dan penduduk setempat.

    Tunggu, semua ini untuk 292 kasus yang dilaporkan?

    Ya. Tepat. Jumlah sebenarnya mungkin sedikit lebih tinggi. Tetapi pemerintah China berusaha mencapai sesuatu yang sangat sulit: menyeimbangkan kebijakan dinamis nol-Covid mereka dengan mencoba memulihkan pertumbuhan ekonomi. Dan saya tidak berpikir kita telah melihat jawaban sebenarnya tentang bagaimana mereka akan melepaskan diri dari kesulitan yang diciptakan untuk China.

    Bagaimana tanggapan orang Tionghoa?

    Kemerosotan Covid Ekonomi Negara di China

    Kesan umum saya dari Lanzhou dan tempat-tempat lain di mana penguncian dan pembatasan berat lainnya telah diberlakukan adalah bahwa tetap benar bahwa populasi secara keseluruhan masih mengikuti tuntutan ini. Tapi saya pikir ada sisi ketidaksabaran yang tumbuh.

    Hanya dalam beberapa hari terakhir kita juga melihat protes oleh para deposan yang memiliki uang di bank-bank kecil di Hunan, sebuah provinsi di Cina Tengah. Kami juga telah melihat pemogokan hipotek kecil tapi tidak menyenangkan ini oleh orang-orang yang telah membeli properti di beberapa provinsi Cina juga. Protes-protes itu tidak terkait langsung dengan Covid, tetapi saya pikir itu mencerminkan rasa sakit dan ketidakpastian ekonomi secara umum.

  • Masalah Domestik China Akan Menggantung Biden-Xi Call
    inpatnet

    Masalah Domestik China Akan Menggantung Biden-Xi Call

    Masalah Domestik China Akan Menggantung Biden-Xi Call – Beberapa pejabat Amerika menduga bahwa apa yang sebenarnya mendorong presiden China untuk menyerang baru-baru ini adalah keinginan untuk mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi dan pandemi di dalam negeri.

    Masalah Domestik China Akan Menggantung Biden-Xi Call

    WASHINGTON — Ketika Presiden Biden menelepon Presiden Xi Jinping dari China pada hari Kamis untuk mencoba meredakan ketegangan atas Taiwan, keduanya akan memiliki daftar keluhan bersama yang harus ditangani. Tapi satu sumber gesekan baru-baru ini mungkin sesuatu yang tidak ada dalam daftar: masalah domestik China.

    Amerika Serikat dan China akhir-akhir ini berselisih mengenai invasi Rusia ke Ukraina, tindakan agresif China di Pasifik, melanjutkan tarif Amerika dan kemungkinan perjalanan ke Taiwan oleh Pembicara Nancy Pelosi atas keberatan keras Beijing. Salah satu dari mereka bisa memberikan percikan untuk konfrontasi yang lebih berbahaya.

    Tetapi beberapa pejabat Amerika menduga bahwa apa yang sebenarnya mendorong Xi untuk menyerang baru-baru ini adalah keinginan untuk mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi dan pandeminya sendiri di dalam negeri atau setidaknya kebutuhan untuk menunjukkan kekuatan secara internasional. Kebijakan “nol Covid”-nya telah mengakibatkan penguncian drastis,

    tetapi kasus meningkat lagi dan China masih belum memiliki vaksin mRNA. Ekonominya telah melambat hampir berhenti bahkan ketika pengangguran di kalangan kaum muda melonjak dan banyak bagian China mengalami krisis hipotek dan utang.

    Memprovokasi krisis asing untuk mengalihkan perhatian dari masalah seperti itu adalah teknik para pemimpin yang terbukti benar di mana-mana, tetapi itu akan mempersulit Biden untuk menurunkan suhu pada hari Kamis. Pejabat Gedung Putih mengecilkan kemungkinan adanya terobosan, dengan mengatakan tujuan dari panggilan telepon, yang kelima sejak Biden menjabat, hanyalah untuk terus berbicara.

    “Ini adalah jenis hubungan yang diyakini kuat dilakukan oleh Presiden Biden bahkan dengan negara-negara di mana Anda mungkin memiliki perbedaan yang signifikan,” John F. Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu. “Ada kepentingan dan nilai dalam menjaga jalur komunikasi tetap terbuka.”

    Mr Kirby tidak akan mengungkapkan waktu panggilan, tetapi pejabat Amerika lainnya menegaskan bahwa itu dijadwalkan pada hari Kamis. Ini akan menjadi pertama kalinya Biden dan Xi berbicara sejak Maret, tak lama setelah Rusia menyerang Ukraina dan Beijing menolak upaya Amerika untuk mengisolasi Moskow secara politik dan ekonomi.

    Rencana kunjungan Pelosi yang dilaporkan telah memberikan titik nyala dalam beberapa hari terakhir, dengan China dengan keras menyebut perjalanan apa pun sebagai provokasi dan mengisyaratkan secara gelap beberapa bentuk pembalasan.

    Dalam beberapa bulan terakhir, pesawat China telah terlibat dalam pertemuan dekat dengan pesawat Amerika, Kanada dan Australia di wilayah tersebut, dan Beijing telah membuat klaim luas tentang kendalinya atas Selat Taiwan.

    Masalah Domestik China Akan Menggantung Biden-Xi Call

    Kementerian Luar Negeri China pada hari Rabu mengulangi peringatannya terhadap kunjungan pembicara. “Jika AS bersikeras untuk menempuh jalannya sendiri dan menantang garis bawah China, itu pasti akan disambut dengan tanggapan yang kuat,” Zhao Lijian, juru bicara kementerian, mengatakan kepada wartawan pada sebuah pengarahan. “Semua konsekuensi selanjutnya akan ditanggung oleh AS”

    Kantor Pelosi telah menolak untuk mengkonfirmasi rencana untuk berhenti di Taiwan sebagai bagian dari perjalanan resmi ke Asia selama reses kongres yang akan datang, tetapi seorang anggota kongres dari Partai Republik mengatakan kepada NBC News bahwa dia telah mengundangnya dan yang lainnya untuk bergabung dengannya.

    “Setiap anggota yang ingin pergi harus. Ini menunjukkan pencegahan politik kepada Presiden Xi” kata Perwakilan Michael McCaul dari Texas, Republikan teratas di Komite Urusan Luar Negeri DPR, yang harus menolak karena konflik penjadwalan. “Tapi dia juga harus memperhatikan militer jika itu akan menyebabkan pukulan balik dan meningkatkan keadaan.”

  • Sekilas Tentang Etnis Masyarakat Cina 2
    inpatnet

    Sekilas Info Tentang Etnis Masyarakat Cina 2

    Sekilas Info Tentang Etnis Masyarakat Cina 2 – Berikut ini adalah beberapa etnis masyarakat yang berada di Cina (bagian kedua):

    Etnis Zhuang di Cina

    Kelompok minoritas terbesar di China, Zhuang, telah bertahan selama berabad-abad upaya penyatuan, membantu menciptakan lanskap tercinta Guangxi melalui praktik pertanian unik mereka.

    Dengan lebih dari 16 juta anggota, Zhuang merupakan yang terbesar dari 55 etnis minoritas China. Meskipun mereka telah lama diintegrasikan ke dalam kain nasional, Zhuang telah melestarikan tradisi budaya mereka sejak periode Paleolitik.

    Tanah air

    Diperkirakan 90 persen orang Zhuang tinggal di Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, yang terletak di Cina selatan di perbatasan dengan Vietnam. Daerah ini telah menjadi bagian dari China sejak penyatuan negara itu pada 221 SM, tetapi selalu dianggap sebagai provinsi ‘liar’. Guangxi sangat populer di kalangan wisatawan internasional, sebagian karena lanskap geologis karstnya yang ikonik, yang ditampilkan pada uang kertas RMB20, serta pertunjukan budaya yang dilakukan oleh beberapa Zhuang di desa asal mereka.

    Sisa 10 persen orang Zhuang tersebar di seluruh provinsi selatan Yunnan, Guangdong, Guizhou, dan Hunan.

    Sejarah

    Menurut sejarawan Huang Xianfan, yang merupakan sarjana pertama yang meneliti sejarah orang Zhuang, Zhuang berasal dari Guangxi dan berasal dari periode Paleolitik. Akan tetapi, bukti arkeologis pertama dari bangsa-bangsa tersebut berasal dari periode Negara-negara Berperang dan datang dalam bentuk lukisan batu.

    Mayoritas Han di China hanya tahu sedikit tentang Zhuang sebelum kaisar pertama, Qin Shihuang, menyerbu tanah mereka. Dia dan orang-orang sezamannya menyebut mereka sebagai ‘Seratus Yue’, sebuah istilah yang pada kenyataannya mencakup beberapa kelompok etnis, bukan hanya Zhuang. Dalam upaya untuk mencapai Kanton, Qin Shihuang membangun kanal yang menghubungkan sungai Xiang dan Li, secara tidak sengaja menghubungkan Zhuang dengan kesadaran ‘nasional’. Tidak lama kemudian, Sinification didorong ke Zhuang dengan kedok ‘mempersatukan’ Seratus Yue. Namun, Zhuang menolak, dan budaya mereka tetap unik.

    Zhuang dan tanah mereka kadang-kadang terus menjadi bagian dari dan pada waktu lain terpisah dari dinasti berikutnya sampai penetapan akhir Guangxi sebagai daerah otonom pada tahun 1958 di bawah Komunis. Statusnya sebagai daerah otonom berarti pemerintah daerahnya memiliki hak legislatif yang lebih banyak daripada provinsi standar.

    Budaya

    Bahasa adalah ciri yang paling mudah membedakan Zhuang dari mayoritas Han. Meskipun sebagian besar Zhuang saat ini dapat berbicara bahasa Mandarin, bahasa etnis Zhuang adalah Tai Utara dan Tengah, dialek yang sama-sama tidak dapat dipahami dari rumpun bahasa Tai-Kadai. Kedua bahasa tersebut telah dipengaruhi oleh ragam bahasa Mandarin lainnya, tetapi masih memiliki lebih banyak kesamaan dengan Thailand daripada dengan Mandarin.

    Singularitas budaya lainnya termasuk praktik pertanian Zhuang, yang terdiri dari penanaman padi basah dan penggunaan kerbau dan lembu, serta gaya arsitektur mereka dalam membangun rumah di atas tiang, bukan langsung di atas tanah. Secara tradisional, orang Zhuang adalah penganut animisme, yang berarti bahwa mereka mengaitkan signifikansi spiritual dengan benda, hewan, dan tempat. Bersamaan dengan itu, pemujaan leluhur dan sihir masih dipraktikkan oleh beberapa Zhuang modern. Seperti yang disebutkan, sangat populer bagi wisatawan untuk mengamati pertunjukan budaya Zhuang saat berada di Guangxi, sebuah praktik yang menghidupkan kembali penggunaan genderang perunggu.

    Etnis Salar di Cina

    Suku Salar, salah satu dari 56 etnis minoritas yang diakui secara resmi di Cina, memiliki banyak kesamaan dengan kelompok etnis Muslim lainnya di Cina barat, terutama Uyghur dan Hui.

    Tanah air

    Sekitar 150.000 orang Salar tinggal di perbatasan antara provinsi Qinghai dan Gansu di sepanjang Sungai Kuning, terutama di Kabupaten Otonomi Xunhua Salar dan Daerah Otonomi Hualong Hui. Sebuah minoritas kecil juga tinggal di Prefektur Otonomi Ili Kazakh di provinsi tetangga Xinjiang. Xunhua dikenal sebagai “negeri melon dan buah-buahan”.

    Sejarah

    Salar kemungkinan adalah keturunan langsung dari Salur, suku Turki Oghuz yang hidup selama Khaganate Turki Barat. Menghadapi penganiayaan agama karena keyakinan Islam mereka, Salur bersaudara, Haraman dan Ahman, meninggalkan tanah air mereka di Samarkand di zaman modern Uzbekistan, melakukan perjalanan ke timur dengan 18 Salur yang berpikiran sama dan sebuah Alquran yang diikat ke punggung unta. Mereka akhirnya menetap di provinsi Qinghai di China, di mana mereka menikah dengan orang-orang Tibet, Hui, Han, dan Mongol sampai Salar terbentuk. Salar menceritakan kisah tersebut dengan lebih banyak warna, bersikeras misalnya bahwa mereka memilih lokasi pemukiman terakhir mereka berdasarkan mimpi seorang imam tentang air terjun yang indah, yang mereka temukan pada hari berikutnya dalam perjalanan mereka. Meskipun kisah asal-usul Salar mungkin telah dibumbui selama bertahun-tahun, Alquran asli dari perjalanan mereka telah dilestarikan dan disimpan hari ini di Masjid Jiezi di Xunhua.

    Selama ratusan tahun, Salar hidup damai dengan tetangga Tionghoa mereka, bahkan melayani di pasukan Ming dan Qing bersama Han. Kemudian, dengan diperkenalkannya tasawuf, segalanya berubah.

    Pada 1700-an, dua guru Sufi menyebarkan versi berbeda dari keyakinan mistik mereka ke Salar, satu Khufiyya dan yang lainnya Jahriyya, satu-satunya perbedaan antara kedua tarekat itu adalah doa diam atau vokal mereka masing-masing untuk nama Tuhan. Terlepas dari detail kecilnya perbedaan ini, Khufiyya dan Jahriyya berubah menjadi kekerasan satu sama lain, setelah menyerahkan diri mereka pada sektarianisme yang sengit. Pada 1781, sebuah episode kekerasan yang memaksa pemerintah Qing untuk memihak Khufiyya, menekan pemberontakan Jahriyya dan memenjarakan pemimpin mereka. Jahriyya menanggapinya dengan membunuh pejabat lokal dan bergabung dengan beberapa Han, Hui, dan Dongxiang setempat untuk memberontak melawan Qing. Setelah tiga bulan, Qing mampu mengalahkan Jahriyya sekali dan untuk selamanya, menewaskan sekitar 40% dari semua penganutnya dan mendeportasi sebagian besar sisanya ke lembah Ili di provinsi Xinjiang modern, di mana mereka tinggal hingga hari ini.

    Budaya

    Meskipun para Salar tetap terpecah dalam keyakinan sektarian mereka, Islam secara keseluruhan menyediakan kekuatan penuntun di balik kehidupan mereka. Laki-laki, misalnya, secara tradisional memakai kopiah dan penutup kepala perempuan, baik karena alasan agama. Gaya pakaian ini sangat mirip dengan orang Hui, membuat kedua kelompok ini hampir tidak bisa dibedakan dalam penampilan.

    Salar juga sangat mirip dengan Uyghur, terutama dalam bahasanya. Seorang ahli mengatakan bahwa satu-satunya perbedaan nyata antara kedua bahasa tersebut adalah geografi. Seperti Uyghur, Salar adalah bahasa Turki tetapi menggunakan aksara Cina alih-alih skrip yang unik. Bahasanya telah dipengaruhi oleh bahasa Tibet, Mandarin, Uyghur, Kazakh dan bahkan Persia, Arab, dan sedikit Mongolia, mendengarkan kembali ke beragam asal-usul Salar itu sendiri.

    Etnis Mulao di Cina

    Mulao, juga dikenal sebagai Mulam, adalah salah satu dari 56 kelompok etnis yang diakui secara resmi di Cina. Jumlah mereka kira-kira 216.000 dan tinggal di perbukitan provinsi Guangxi.

    Sekilas Tentang Etnis Masyarakat Cina 2

    Tanah air

    Hampir semua Mulao tinggal di Daerah Otonomi Luocheng Mulao di provinsi Guangxi yang beragam di Cina selatan. Luocheng terkadang sering disebut sebagai “little Guilin” karena kesamaan bentang alamnya, yaitu perbukitan karst dunia lain yang mengelilingi sungai-sungai lebar. Dalam kasus Luocheng, sungai tersebut adalah Wuyang dan Longjiang.

    Tanah subur seperti itu telah lama membantu kegiatan pertanian orang Mulao, yang mengembangkan sistem irigasi dan teknik pertanian canggih lainnya selama tahun-tahun dinasti Cina. Pegunungan Jiuwan yang melintasi Luocheng kaya akan sumber batubara dan deposit mineral lainnya. Oleh karena itu, banyak orang Mulao yang beralih dari pertanian ke pertambangan batu bara, dan industri tersebut telah memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat, menyediakan pekerjaan dengan gaji yang baik dan mendorong ekonomi lokal. Tentu saja, polusi sekarang menjadi perhatian seperti kemungkinan eksploitasi tenaga kerja.

    Sejarah

    Catatan sejarah menyebutkan keberadaan Mulao hingga Dinasti Yuan. Tentu saja, ada kemungkinan Mulao muncul sebagai kelompok etnis yang terpisah sebelum Yuan, tetapi ini adalah pertama kalinya mereka terlibat dalam kehidupan feodal. Dua kali setahun, Mulao akan memberi penghormatan kepada istana kekaisaran Yuan dengan persembahan gandum.

    Selama Qing, dinasti terakhir Cina, sistem feodal disempurnakan, memecah Mulao menjadi unit sepuluh rumah tangga, yang disebut dong, yang kepalanya akan mengumpulkan pajak dan menjaga perdamaian. Sistem ini juga berarti kehadiran tuan tanah yang rakus, yang sering menyedot air dan sumber daya lain untuk diri mereka sendiri. Secara alami, pembentukan Republik Rakyat Cina pada tahun 1949 melihat dinamika kekuatan seperti itu terbalik.

    Budaya

    Suku Mulao terkait dengan masyarakat Dong dan Zhuang dan memiliki banyak kesamaan budaya dengan mereka, bahkan terkadang berjuang untuk mempertahankan identitas budaya mereka yang unik. Ketiga kelompok etnis tersebut semuanya berbicara bahasa yang termasuk dalam keluarga linguistik Tai-Kadai. Mulao dan Zhuang sangat mirip. Mulao telah lama menggunakan bahasa Mandarin sebagai sistem penulisannya, dan hari ini, bahasa Mandarin mengancam untuk menggantikan bahasa Mulao sepenuhnya.

    Salah satu tradisi khas Mulao adalah perayaan festival Yifan. Legenda mengatakan bahwa singa dulu meneror tanah Mulao, membunuh hewan lain dan menghancurkan tanaman. Dalam satu serangan, seorang gadis yang menunggang kuda putih muncul dan menembak mati singa itu. Dia tinggal di komunitas Mulao, mengajari orang-orang cara bertani dengan lembu dan kerbau, cara melawan hewan buas sendiri, dan bahkan cara beternak talas dan ubi jalar. Festival Yifan memberikan penghormatan kepada gadis ini dan merayakan tahun-tahun panen yang baik yang dia hasilkan.

    Selama festival, yang dirayakan setiap tiga hingga lima musim dingin, penduduk desa mempersembahkan kambing dan babi di kuil mereka (suku Mulao secara tradisional animisme) dan mengadakan semua jenis perayaan, mulai dari tarian singa hingga opera.

  • Sekilas Tentang Etnis Masyarakat Cina
    inpatnet

    Sekilas Info Tentang Etnis Masyarakat Cina

    Sekilas Info Tentang Etnis Masyarakat Cina – Artikel ini akan membahas beberapa etnis masyarakat di china:

    Etnis Jingpo di Cina

    Jingpo adalah etnis minoritas kecil yang tinggal di barat daya Yunnan di perbatasan dengan Myanmar, di mana kelompok etnis yang sama disebut Kachin.

    Tanah air

    Sekitar 150.000 Jingpo China berada terutama di Prefektur Otonomi Dehong Dai dan Jingpo di provinsi Yunnan barat daya. Prefektur ini memiliki segelintir kota kecil, tetapi Jingpo cenderung tinggal jauh di lereng pegunungan yang tertutup pepohonan. Wilayah ini memiliki iklim hutan hujan tropis dan subtropis, tempat satwa liar eksotis seperti ular, harimau, beruang, dan macan tutul berkeliaran dan sumber daya alam langka seperti tembaga, batu bara, emas, dan perak berlimpah. Tanahnya juga subur dan telah lama membantu gaya hidup Jingpo yang sebagian besar bertani.

    Sejarah

    Jingpo kemungkinan bermigrasi ke rumah mereka saat ini dari bagian selatan Dataran Tinggi Tibet sekitar 1500 tahun yang lalu, meskipun catatan pertama dari Jingpo tidak muncul sampai Dinasti Tang.  Selama Dinasti Yuan, di mana bangsa Mongol memerintah Cina, Jingpo secara resmi menjadi bagian dari Cina dan diintegrasikan ke dalam sistem tusi, atau “kepala suku”. Di bawah sistem ini, pemimpin suku etnis minoritas memerintah wilayah lokal mereka atas nama pengadilan kekaisaran. Jingpo tidak memiliki perwakilan dalam sistem ini, bagaimanapun, dan sebaliknya diperintah oleh penguasa Dai.

    Budaya

    Jingpo berbicara dalam berbagai dialek yang termasuk dalam rumpun bahasa Sino-Tibet. Meskipun sebagian besar Jingpo di China sekarang berbicara bahasa Mandarin, cara komunikasi tradisional mengungkapkan banyak hal tentang budaya kelompok masyarakat. Ketika seorang pria dan wanita dari suku yang berbeda menikah, pria dan wanita tersebut mempertahankan dialek mereka sendiri, bahkan ketika berbicara satu sama lain. Artinya, satu percakapan akan dilakukan dalam dua dialek sekaligus. Anak-anak dari pasangan tersebut kemudian bertanggung jawab untuk mempelajari kedua dialek tersebut sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan ayah mereka dalam bahasa mereka dan ibunya dalam bahasa ibunya. Ketika anak-anak berbicara satu sama lain, mereka menggunakan dialek ayah. Menariknya, bagaimanapun, seorang pria yang baru mulai merayu seorang wanita untuk menikah akan berbicara dengannya dalam dialeknya untuk membuktikan cintanya padanya. Setelah menikah, norma bahasa dilanjutkan.

    Sementara Kachin terkait di Myanmar sebagian besar telah menjadi Kristen, Jingpo China tetap beriman animisme, mempertahankan keyakinan mereka yang telah berusia berabad-abad. Salah satu festival terbesar tahun ini, Munao Zongge, dulunya merupakan penghormatan kepada dewa matahari, tetapi sekarang dirayakan hanya karena tradisi tanpa makna religius yang pernah diadakan. Munao Zongge berarti “menari dalam massa” dan menjelaskan dengan tepat tentang festival itu. Selama tiga hari, peserta berkumpul untuk menari di sekitar pilar yang menggambarkan berbagai pola, dari pedang lebar hingga segitiga. Tujuannya adalah untuk menari dengan cara yang sesuai dengan pola-pola ini.

    Jingpo membangun rumah mereka dari bambu dan kayu dan merekonstruksinya setiap tujuh sampai delapan tahun dengan bantuan seluruh komunitas. Pembangunan kembali adalah saat perayaan, dengan penduduk desa bernyanyi, menari, dan menabuh genderang kayu untuk memberi selamat kepada keluarga dan menghormati rumah baru.

    Etnis Nu di Cina

    Nu adalah salah satu dari 56 kelompok etnis yang diakui secara resmi di Tiongkok, di mana mereka berjumlah sekitar 13.000. Sisanya ditemukan di Negara Bagian Kachin Myanmar.

    Tanah air

    Nu diberi nama sesuai dengan tanah air leluhur mereka, yaitu Sungai Nu, yang mengalir dari Dataran Tinggi Tibet ke Laut Adaman. Saat ini, mayoritas Nu Cina dapat ditemukan di Kabupaten Otonomi Gongshan Derung dan Nu, Kabupaten Fugong, dan Kabupaten Otonomi Lanping Bai dan Pumi, yang semuanya terletak di provinsi Yunnan barat laut di atau dekat perbatasan dengan Myanmar. Daerah ini dikenal dengan lanskap pegunungan tinggi yang dramatis yang dibelah oleh jurang yang dalam, yang dilalui sungai Nujiang, Lancang, dan Dulong.

    Kebanyakan Nu tinggal di dataran rendah, yang udaranya lembap dan hangat sepanjang tahun. Untuk mengakomodasi suhu tinggi, mereka tinggal di rumah bambu berlantai dua, yang memungkinkan aliran udara tetapi tetap tahan terhadap hujan. Di sisi lain, Nu di Kabupaten Gongshan tinggal di rumah-rumah kayu, yang memerangkap panas minimal yang mereka nikmati di ketinggian sekitar 3.000 meter (10.000 kaki).

    Sejarah

    Nu diyakini sebagai keturunan ras campuran dari orang-orang purba yang tinggal di tepi sungai Nu dan Lancang hingga empat ribu tahun yang lalu dan Luluman, yang mendiami daerah tersebut sekitar masa Dinasti Yuan. Pada saat itu juga Nu berada di bawah yurisdiksi seorang kepala suku Nakhi yang berkuasa yang memerintah banyak masyarakat daerah.

    Sayangnya, dalam sebagian besar sejarah mereka, Nu hanya memiliki sedikit otonomi. Setelah Nakhi, Nu diperintah oleh orang-orang Tibet dan Bai, yang menggunakan beberapa Nu sebagai budak. Nu juga menghadapi penindasan dari Lisu, yang akan menempatkan mayat Lisu di tanah Nu, mengklaim Nu telah melakukan pembunuhan, dan kemudian menuntut oupuguya, atau tebusan mayat. Ini terjadi hingga delapan kali setahun.

    Meskipun pengambilalihan Komunis tahun 1949 tidak berdampak positif pada semua orang, Nu hanya memperoleh keuntungan darinya. Pemerintah lokal menghadiahkan Nu dengan alat pertanian dan benih untuk membantu meningkatkan produksi pertanian. Mereka mendirikan sekolah dasar dan menengah, dan pada tahun 1956 Daerah Otonomi Gongshan Drung dan Nu didirikan untuk mereka.

    Budaya

    Secara tradisional, Nu beriman animisme, meskipun banyak yang telah berpindah agama menjadi Kristen atau Buddha Tibet.

    Hari libur utama Nu adalah Festival Peri Bunga, yang didasarkan pada legenda A-Rong. A-Rong adalah seorang gadis Nu yang menciptakan jembatan tali bagi Nu untuk menyeberangi Sungai Nu yang banjir. Kepala suku tetangga melihat kecantikannya dan menuntut agar dia menikah dengannya. A-Rong menolak dan melarikan diri ke pegunungan, di mana dia berubah menjadi patung batu. Untuk merayakan festival tersebut, Nu memetik bunga dan membawanya ke A-Rong di gua tempat dia diyakini telah meninggal. Setelah itu, kemeriahan benar-benar dimulai dengan menyanyi, menari, dan mendongeng, serta lomba olah raga dan minum. Liburan ini berlangsung pada tanggal 15 Maret setiap tahun dan memberikan Nu alasan untuk berdandan dengan pakaian tradisional mereka.

    Nu memisahkan diri menjadi empat subkelompok: The Along, Anu, Nusu, dan Rouruo. Setiap subkelompok berbicara dalam bahasa Sino-Tibetnya sendiri. Nusu dan Rouruo mirip dengan bahasa Yi, sedangkan Along dan Anu lebih mirip Jingpo.

    Etnis Yugur di Cina

    Suku Yugur adalah kelompok etnis kecil yang terdiri dari sekitar 15.000 orang yang tinggal di provinsi Gansu China barat. Nama Yugur berasal dari istilah “Yellow Uyghur” dan mengacu pada asal muasal Yugur dan Uyghur yang sama. Kelompok yang pernah berpindah-pindah ini menemukan dirinya terkunci di dunia modern, tetapi tidak akan mudah kehilangan tradisinya.

    Tanah air

    Kebanyakan Yugur tinggal di Daerah Otonomi Sunan Yugur di provinsi Gansu, rumah dari Padang Rumput Xiaritala dan pegunungan bentuklahan Danxia yang seperti pelangi – hasil dari 24 juta tahun endapan batu pasir dan mineral yang membentuk lapisan batuan berwarna-warni. Faktanya, Kabupaten Sunan terletak tepat di sebelah barat Taman Nasional Zhangye, di mana pengunjung dapat melihat bentang alam unik yang membentang sejauh mata memandang.

    Ada dua subkelompok utama Yugur: Yugur yang berbahasa Turki dan Yugur yang berbahasa Mongol. Turkic Yugur cenderung tinggal di bagian barat Kabupaten Sunan, sedangkan Mongolic Yugur tinggal di timur.

    Sejarah

    Kebanyakan cendekiawan Cina mengencani orang Yugur kembali ke orang Huihu kuno, yang oleh para sarjana Barat disebut sebagai Uyghur. Dipercaya bahwa Huihu bermigrasi ke Tiongkok dari Mongolia saat ini sekitar tahun 840 dan terpecah menjadi dua kelompok utama: Uyghur, yang menetap di ujung barat dan mengislamkan, dan Yugur, yang berpindah ke Buddha Tibet dan menetap di wilayah timur. Yugur tidak berada di bawah kekuasaan kekaisaran Cina sampai pemerintahan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing.

    Sekilas Tentang Etnis Masyarakat Cina

    Budaya

    Sejak kebijakan pemerintah China untuk “mengembalikan padang rumput ke padang rumput” diterapkan lebih dari satu dekade yang lalu, hampir semua Yugur, yang secara tradisional mengikuti gaya hidup nomaden, telah dipindahkan ke rumah permanen, di mana mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang lebih perkotaan. Ini adalah kebijakan yang juga secara drastis mengubah cara hidup orang Mongol di China, dan semuanya menandakan punahnya total kehidupan nomaden di China. Meskipun demikian, peternakan masih lazim di kalangan Yugur.

    Sebagaimana dicatat, orang Yugur tidak semuanya berbicara dalam bahasa yang sama, atau bahkan cabang bahasa linguistik yang sama. Orang Yugur barat berbicara dalam bahasa yang dikenal sebagai Yaohu’er, yaitu bahasa Turki. Orang Yugur timur berbicara dalam bahasa yang disebut Enge’er, yang merupakan bahasa Mongol dan sangat mirip dengan bahasa Mongolia yang digunakan pada abad ketiga belas dan keempat belas. Saat ini, banyak orang Yugur, terutama generasi muda, juga berbicara bahasa Mandarin dan menggunakannya untuk pergaulan.

    Memang benar para Yugur sedang berjuang untuk mempertahankan budaya mereka, namun semakin banyak orang yang mempelajari budaya Yugur dan berupaya melestarikannya, baik melalui pencatatan sejarah lisan maupun pendirian museum etnis. Selain itu, menjadi populer di kalangan Yugur sendiri untuk membeli dan mengenakan pakaian tradisional, khususnya untuk acara-acara khusus. Pakaian tradisional Yugur mudah dikenali dari topi berbentuk silinder dengan tutup datar yang dikenakan baik oleh pria maupun wanita.

  • Masyarakat Tradisional Cina
    inpatnet

    Inilah Masyarakat Tradisional Negara Cina

    Inilah Masyarakat Tradisional Negara Cina – Secara historis orang Tionghoa menganggap Cina sebagai negara dan budaya, terbukti dalam dua kata untuk Cina, Chung-kuo dan Chung-hua. Sebagai sebuah negara, ia menempati daratan yang luas di Asia timur; kecuali Sinkiang dan Tibet, keduanya wilayah masyarakat non-Cina, perbatasannya pada dasarnya tidak berubah dalam dua ribu tahun. Sebagai sebuah budaya, Cina meluas ke mana pun ada etnis Tionghoa. Karena karakter ganda Cina sebagai negara dan budaya sangat penting untuk memahami masyarakat Cina tradisional, mari kita periksa dulu latar belakang sejarah Cina.

    Selama milenium kedua SM, wilayah Cina saat ini dihuni oleh orang-orang yang termasuk dalam setidaknya delapan kelompok budaya yang berbeda. Perbandingan arkeologis menunjukkan hubungan antara budaya-budaya ini dan budaya masyarakat proto-Tungus di timur laut, masyarakat proto-Turki di barat laut, masyarakat Tibet di barat, dan masyarakat Asia Tenggara. Selama pertengahan milenium kedua SM, kelompok suku dari bagian tengah dan selatan Hopei menyerbu daerah pertanian yang kaya di Honan. Mereka mendirikan beberapa kota besar, yang paling terkenal adalah Anyang. Dengan Anyang sebagai basis politik dan militer, suku-suku ini menciptakan kekaisaran pertama Cina Shang (Eberhard 1948; Needham 1954; Cheng 1959).

    Perkembangan kerajaan dan budaya tinggi terjadi secara bersamaan. Meskipun keragaman budaya zaman neolitik terus berlanjut hingga milenium pertama SM, Shang menciptakan budaya tinggi pertama Cina, yang ditandai terutama oleh pengembangan sistem tulisan yang merupakan nenek moyang langsung dari bahasa tertulis Cina modern. Pentingnya tulisan dalam budaya tinggi Cina berikutnya dicerminkan oleh fakta bahwa kata wen dalam bahasa Cina berarti tulisan dan budaya.

    Selama paruh akhir milenium kedua SM, penjajah dari barat laut menghancurkan Dinasti Shang dan mendirikan Dinasti Chou. Dinasti Chou menciptakan sistem dominasi politik permanen pertama; para penguasa membagi negara menjadi appanages yang diperintah oleh kerabat dan sekutu dinasti. Setiap apanage didasarkan pada kota dari mana aturan dilaksanakan atas desa dan suku di sekitarnya. Hubungan antara dinasti dan apanage dipertahankan melalui ikatan kekerabatan, ritual, dan kesetiaan. Sistem pemerintahan tidak langsung pribadi ini, berbeda dengan aturan birokrasi impersonal yang berkembang kemudian, memiliki kemiripan dengan feodalisme Eropa abad pertengahan.

    Meskipun secara keseluruhan kesatuan budaya Tionghoa berkembang lebih jauh selama Chou, sebagian besar melalui penyatuan linguistik Cina utara, pencapaian budaya tinggi dari Chou awal tidak menonjol. Alasan utamanya adalah jatuhnya kasta pendeta Shang, yang sebelumnya merupakan elemen kreatif utama dalam budaya tinggi Shang. Berbeda dengan agama Shang pemujaan surga dan totemisme, agama Chou pada dasarnya adalah pemujaan leluhur yang berorientasi politik yang cenderung berkembang secara lokal daripada secara nasional, sehingga menghalangi pembentukan budaya tinggi yang bersatu (Eberhard 1948, hlm. 26-32 di Edisi 1950; Reischauer & Fairbank 1960, vol. 1, hlm. 49–52).

    Perubahan besar terjadi selama pertengahan Dinasti Chou. Apanages menjadi semakin independen dari otoritas politik pusat. Secara ekonomi, kehidupan pedesaan dan perkotaan Tionghoa telah berubah. Pertanian intensif menggantikan pertanian ekstensif di Shang. Penggunaan irigasi menghasilkan desa yang stabil. Pengenalan gandum memungkinkan ekonomi dua tanaman, yang selanjutnya mengkonsolidasikan kehidupan desa. Besi tidak hanya merevolusi teknologi pertanian, tetapi juga memungkinkan terjadinya jenis perang baru. Pertumbuhan perdagangan menyebabkan perluasan kota. Secara sosial, peningkatan populasi menyebabkan migrasi, yang membawa orang Tionghoa ke daerah pemukiman penduduk asli di lembah Sungai Yangtze dan bahkan lebih jauh ke selatan. Semua perubahan ini meletakkan dasar bagi kebangkitan zaman klasik Cina, periode pemikiran kreatif yang sebanding dengan periode Loteng di Yunani. Seperti di Yunani, perpecahan politik yang tumbuh diiringi dengan persatuan budaya yang tumbuh. Bahasa dan konsep para filsuf, meskipun sangat berbeda dalam konten, berasal dari matriks budaya yang sama. Dengan sedikit pengecualian, hampir semua aliran filosofis menjelajahi jalur yang dapat mengarah pada penyatuan politik baru (Reischauer & Fairbank 1960, vol. 1, hlm. 53-84).

    Penyatuan terjadi pada abad ketiga SM. melalui dinasti Ch’in. Meskipun berumur pendek, ia mewujudkan negara terorganisir berdasarkan aturan birokrasi. Dinasti Han berikutnya memperluas sistem pemerintahan Ch’in, yang menjadi dasar struktur politik di Cina selama dua ribu tahun berikutnya. Kontinuitas politik dan stabilitas kekaisaran Cina tidak tertandingi di mana pun di dunia; tanpa birokrasi negara, sejarah Cina memang akan berbeda.

    Jika birokrasi adalah instrumen aturan, maka sumber kekuasaan adalah monarki. Dari Dinasti Chin hingga abad ke-20, Cina diperintah oleh kaisar yang dianggap sebagai agen tunggal surga di bumi. Meskipun ada ikatan kuat antara monarki dan birokrasi, keduanya tetap berbeda; banyak kaisar, misalnya, menganut kepercayaan agama yang berbeda dengan Konfusianisme dominan di birokrasi. Pada abad-abad berikutnya, monarki menjadi cagar alam penakluk alien; dari abad ke-12 hingga ke-20 para kaisar adalah orang Cina hanya selama tiga abad (Levenson 1958–1965, vol. 2, hlm. 25–73).

    Selama Dinasti Han, etos tradisional Konfusianisme Cina dilembagakan. Dari hiruk-pikuk aliran filosofis periode sebelumnya, ajaran Konfusius muncul sebagai doktrinal. Konfusianisme, pada dasarnya, menjadi etos birokrasi. Itu adalah etos otoritas yang sah, seperti yang diekspresikan dalam lima hubungan manusia dasar: kaisar-subjek, ayah-anak, kakak laki-laki-laki-laki, suami-istri, dan teman-teman (hanya hubungan terakhir yang mengungkapkan nilai-nilai egaliter). Inti religiusnya menggabungkan kepercayaan pada hukum alam surga dan kesucian keturunan dan kekerabatan (Yang 1961, hlm. 244−257).

    Dari Dinasti Han hingga Dinasti Qing, Cina pada dasarnya disatukan sebagai negara yang terorganisir berdasarkan birokrasi dan diatur oleh etos Konfusianisme. Selama dekade awal Han, kekaisaran Cina mulai mengambil bentuk geografis yang menjadi ciri khas Cina modern. Dalam proses ekspansi, sistem politik dan budaya Han tersebar di wilayah yang luas di Cina tengah dan selatan, yang kemudian dihuni oleh orang-orang non-Cina yang secara budaya berhubungan dengan orang-orang di Asia Tenggara. Selama berabad-abad, proses asimilasi budaya secara bertahap terjadi; bahasa aborigin digantikan oleh bahasa Cina, dan budaya tinggi Cina berlaku. Saat ini masih ada minoritas yang berbicara bahasa non-Tionghoa dan memiliki budaya tertentu yang berbeda tetapi berpartisipasi dalam budaya tinggi Tionghoa.

  • Agama di Cina Bagian 3
    inpatnet

    Agama Yang Terdapat di Negara Cina Bagian 3

    Agama Yang Terdapat di Negara Cina Bagian 3 – Muslim membentuk sekitar 1,8 persen dari populasi Cina, terhitung sekitar dua puluh dua juta orang. Cina memiliki sepuluh kelompok etnis yang didominasi Muslim, yang terbesar adalah Hui, sebuah kelompok etnis yang terkait erat dengan mayoritas penduduk Han dan sebagian besar berbasis di Daerah Otonomi Ningxia Cina barat dan provinsi Gansu, Qinghai, dan Yunnan.

    Orang Uighur, orang Turki yang sebagian besar tinggal di wilayah otonom Xinjiang di barat laut Cina, juga mayoritas Muslim. Ada sekitar sebelas juta orang Uighur di wilayah ini, yang merupakan sekitar setengah dari populasinya. Pejabat di Xinjiang dengan ketat mengontrol aktivitas keagamaan, sementara Muslim di seluruh negeri biasanya menikmati kebebasan beragama yang lebih besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Muslim Hui di barat laut Cina telah mengalami peningkatan represi, termasuk pemenjaraan para pemimpin agama dan penutupan paksa masjid.

    Selama beberapa dekade, pihak berwenang Cina telah menindak orang-orang Uighur di Xinjiang, mengklaim komunitas tersebut memiliki ide-ide ekstremis dan separatis. Mereka menunjuk pada ledakan kekerasan sesekali terhadap pegawai pemerintah dan warga sipil di wilayah tersebut dan menyalahkan Gerakan Islam Turkestan Timur, sebuah kelompok separatis yang didirikan oleh militan Uighur, untuk beberapa serangan teroris di seluruh Cina. Para ahli mengatakan sebagian besar orang Uighur tidak mendukung kekerasan, tetapi banyak yang frustrasi dengan seringnya diskriminasi dan masuknya etnis Han ke wilayah tersebut, karena mereka mendapat keuntungan yang tidak proporsional dari peluang ekonomi.

    Dalam beberapa tahun terakhir, penindasan semakin intensif. Sejak 2017, hingga dua juta Muslim, kebanyakan dari mereka Uighur, telah ditahan secara sewenang-wenang di apa yang disebut kamp pendidikan ulang, menurut para ahli dan pejabat pemerintah asing. Tahanan telah melaporkan penyiksaan, pelecehan seksual, dilarang menjalankan agama mereka, dan dipaksa untuk berjanji setia kepada PKC. Banyak anak dari mereka yang ditahan ditempatkan di sekolah asrama, tempat mereka belajar bahasa Mandarin dan ideologi PKC, menurut laporan pemerintah AS 2019. Di luar pusat penahanan, orang Uighur menjadi sasaran pengawasan ketat, pembatasan agama yang meluas, dan sterilisasi paksa.

    Pejabat Cina menyangkal pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut. Mereka berpendapat bahwa kamp pendidikan ulang memiliki dua tujuan: untuk mengajar bahasa Mandarin, hukum Cina, dan keterampilan kejuruan, dan untuk mencegah warga terpengaruh oleh ide-ide ekstremis. Beijing telah menolak tekanan internasional untuk mengizinkan penyelidik luar bebas bepergian di Xinjiang.

    Kelompok Agama yang Dilarang

    Beberapa kelompok agama dan spiritual, yang dijuluki “sekte heterodoks” oleh Beijing, menjadi sasaran tindakan keras pemerintah secara teratur. Negara-partai itu telah melarang lebih dari selusin keyakinan semacam itu dengan alasan bahwa penganutnya menggunakan agama sebagai kamuflase, mendewakan anggota utama mereka, merekrut dan mengendalikan anggota mereka, dan menipu orang dengan membentuk dan menyebarkan gagasan takhayul, dan membahayakan masyarakat. Yang dilarang termasuk kelompok kuasi-Kristen seperti Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, juga dikenal sebagai Petir Timur, dan Falun Gong, gerakan spiritual yang memadukan aspek Buddha, Daoisme, dan latihan qigong tradisional. Kelompok hak asasi manusia internasional, sarjana agama, dan pengacara hak asasi manusia Cina telah mempertanyakan penunjukan tersebut, mengkritik pemerintah Cina karena penindasan yang keras terhadap orang percaya.

    Demick mengatakan bahwa kemungkinan ada lebih banyak aktivitas di antara organisasi terlarang di Cina daripada yang diperkirakan secara luas. Tindakan keras terhadap Falun Gong diluncurkan pada tahun 1999 setelah kelompok itu mengorganisir demonstrasi damai besar-besaran di luar markas besar PKC untuk menganjurkan pembebasan para pengikut yang ditahan dan kebebasan yang lebih besar untuk berlatih. Pada puncaknya, kelompok itu diyakini memiliki sebanyak tujuh puluh juta pengikut; Freedom House memperkirakan bahwa tujuh hingga dua puluh juta orang terus berlatih meskipun hampir dua dekade dianiaya. Pemerintah Cina telah memulai kampanye baru terhadap kelompok agama kecil lainnya, salah satunya menyusul serangan mematikan terhadap seorang wanita di McDonald’s oleh tersangka anggota Gereja Tuhan Yang Mahakuasa.

  • Agama di Cina Bagian 2
    inpatnet

    Agama Yang Berada di Negara Cina Bagian 2

    Agama Yang Berada di Negara Cina Bagian 2 – Sejak pembukaan dan reformasi Cina pada 1980-an, partai tersebut telah menoleransi, dan diam-diam menyetujui, peningkatan praktik Buddha. Namun, Karrie Koesel, penulis Religion and Authoritarianism:

    Cooperation, Conflict, and the Consequences, mengatakan bahwa angin politik dapat berubah cukup cepat di Cina, jadi memiliki hubungan kolaboratif yang positif dengan pemerintah penting bagi komunitas religius ini.”

    Di bawah mantan pemimpin Cina Jiang Zemin dan Hu Jintao, pemerintah secara pasif mendukung pertumbuhan agama Buddha karena diyakini hal itu membantu meningkatkan citra kebangkitan damai Cina, mendukung tujuan PKT untuk menciptakan “masyarakat yang harmonis,” dan dapat membantu meningkatkan hubungan dengan Taiwan, menurut Andre Laliberte dari Universitas Ottawa.

    Pertumbuhan agama Buddha meningkatkan visibilitas lembaga-lembaganya, terutama organisasi filantropi Buddha [PDF] yang memberikan layanan sosial kepada orang miskin di tengah ketimpangan yang meningkat di Cina. Sejak Xi berkuasa, para ahli telah mencatat pelonggaran retorika keras terhadap, dan bahkan promosi, kepercayaan tradisional di Cina. Xi telah mengungkapkan harapan bahwa budaya tradisional Cina seperti Konfusianisme, Budha, dan Taoisme dapat membantu mengekang penurunan moral negara. slot777

    Buddhisme Tibet

    Daerah Otonomi Tibet dan provinsi-provinsi yang berdekatan adalah rumah bagi lebih dari enam juta etnis Tibet, yang sebagian besar mempraktikkan ajaran Buddha yang berbeda. Dalai Lama adalah pemimpin spiritual dari salah satu aliran utama Buddhisme Tibet.

    Sejak 1987, dia dan pemerintah pengasingannya di India telah memainkan peran penting dalam mengumpulkan dukungan internasional untuk otonomi Tibet. Biksu Buddha di Tibet juga telah berpartisipasi dalam demonstrasi anti-pemerintah yang sebagian besar damai, meskipun beberapa termasuk kerusuhan dan bakar diri.

    Para ahli mengatakan bahwa ketidakpuasan di antara umat Buddha Tibet sebagian berasal dari perbedaan ekonomi antara etnis Tibet dan Han Cina, serta dari penindasan agama dan politik. Warga Tibet diyakini mencakup hampir 90 persen dari populasi wilayah otonom, meskipun sejumlah besar etnis Han telah bermigrasi ke Tibet sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas oleh Cina untuk memodernisasi wilayah baratnya.

    Kebijakan agama Cina di Tibet secara inheren terkait dengan status etnis-agama Buddha Tibet. Untuk memadamkan perbedaan pendapat, PKT membatasi aktivitas keagamaan di Tibet dan komunitas Tibet di luar wilayah otonom.

    Negara bagian memantau operasi harian dari biara-biara besar, dengan kamera pengenal wajah dipasang di luar, dan negara berhak untuk menolak permohonan seseorang untuk mengambil perintah agama; pembatasan juga meluas ke umat Buddha Tibet awam, termasuk orang-orang yang bekerja untuk pemerintah dan guru.

    Misalnya, pada 2018, kader dan pejabat partai diberi kendali atas Larung Gar di Provinsi Sichuan, salah satu pusat studi Buddha terbesar di dunia. Pihak berwenang menghancurkan hampir setengah dari pusat itu pada 2019, menggusur hingga enam ribu biksu dan biksuni.

    Umat ​​Buddha Tibet menghadapi penganiayaan agama tingkat tinggi. Pihak berwenang dilaporkan telah menahan dan menyiksa biksu dan biksuni karena menolak untuk mencela Dalai Lama, dan orang awam telah diperintahkan untuk mengganti foto Dalai Lama dengan para pemimpin Cina.

    Seorang anak Tibet yang diyakini sebagai reinkarnasi, pemimpin agama tingkat tinggi, yang dikenal sebagai Panchen Lama, hilang pada tahun 1995 dan tidak terlihat lagi sejak itu. (Beijing mengklaim bahwa dia lulus dari perguruan tinggi, memiliki pekerjaan, dan tidak ingin diganggu.) Pemerintah menunjuk seorang anak lain sebagai Panchen Lama yang resmi, meskipun banyak orang Tibet yang tidak menerimanya.

    Christian State-Sanctioned

    Sejak 1980-an, agama Kristen di Cina telah mengalami pertumbuhan yang signifikan, dan kini Protestanisme adalah kelompok agama yang tumbuh paling cepat di negara itu. Ada tiga organisasi Kristen yang diatur oleh negara dan banyak gereja rumah bawah tanah dengan ukuran yang sangat bervariasi.

    Pusat Penelitian Pew memperkirakan bahwa pada tahun 2010 terdapat enam puluh tujuh juta orang Kristen di Cina, kira-kira 5 persen dari total populasi, dan, dari jumlah ini, lima puluh delapan juta adalah Protestan, termasuk gereja yang direstui negara dan independen.

    Yang lain memperkirakan jumlah ini sekarang mendekati seratus juta, dengan jumlah pengunjung gereja yang tidak terdaftar melebihi jumlah anggota gereja resmi hampir dua banding satu. Sementara itu, perkiraan Akademi Ilmu Sosial Cina yang berbasis di Beijing jauh lebih kecil, menghitung dua puluh sembilan juta orang Kristen.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Cina telah menyaksikan lonjakan represi negara terhadap gereja rumah dan organisasi Kristen yang direstui negara, termasuk kampanye untuk menghapus ratusan salib di atap gereja, pembongkaran paksa gereja, dan pelecehan dan pemenjaraan terhadap pendeta dan pendeta Kristen.

    Sebuah laporan tahun 2018 dari CinaAid, sebuah organisasi non-pemerintah Kristen yang berbasis di Texas, mengatakan bahwa penganiayaan agama, terutama terhadap Kristen, sedang naik daun. Laporan itu mengutip lebih dari satu juta kasus penganiayaan agama pada tahun 2018. Lebih dari lima ribu orang ditahan, termasuk lebih dari seribu pemimpin gereja.

    Salah satu suara Kristen paling terkemuka di Cina dan pendiri gereja bawah tanah besar, Pendeta Wang Yi, dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara pada tahun 2019 setelah pengadilan menuduhnya melakukan subversi terhadap kekuasaan negara dan operasi bisnis ilegal.

    Vatikan belum memiliki hubungan diplomatik dengan Cina, rumah bagi sekitar sepuluh hingga dua belas juta umat Katolik, sejak 1951. Pengakuannya atas Taiwan dan perselisihan mengenai proses pengangkatan uskup telah menjadi poin-poin utama yang mencuat. Namun, sebagai tanda kemungkinan hubungan yang menghangat pada 2018, kedua belah pihak mencapai kesepakatan sementara di mana Paus Fransiskus mengakui beberapa uskup yang ditunjuk oleh negara Cina yang telah dikucilkan.

  • Agama di Cina Bagian 1
    inpatnet

    Agama Yang Terdapat di Negara Cina Bagian 1

    Agama Yang Terdapat di Negara Cina Bagian 1 – Karena semakin banyak orang di Cina yang mempraktikkan agama, pemerintah terus memperkuat pengawasan, meningkatkan penganiayaan agama, dan berupaya untuk mengkooptasi organisasi agama yang direstui negara.

    Ketaatan beragama di Cina sedang meningkat. Di tengah booming ekonomi Cina dan modernisasi yang pesat, para ahli menunjuk munculnya kekosongan spiritual sebagai pemicu meningkatnya jumlah pemeluk agama, terutama penganut agama Kristen dan kelompok agama tradisional Cina.

    Sementara konstitusi Cina mengizinkan keyakinan agama, penganut di semua organisasi agama, dari yang direstui negara hingga kelompok bawah tanah dan terlarang, menghadapi penganiayaan yang semakin intensif, penindasan, dan tekanan untuk mematuhi ideologi Partai Komunis Cina (PKC). nexus slot

    Kebebasan dan Regulasi

    Pasal 36 konstitusi Cina mengatakan bahwa warga negara “menikmati kebebasan berkeyakinan beragama.” Ia melarang diskriminasi berdasarkan agama dan melarang organ negara, organisasi publik, atau individu memaksa warga negara untuk percaya atau tidak percaya pada keyakinan tertentu. Dewan Negara, otoritas administratif pemerintah, mengeluarkan peraturan tentang urusan agama, yang mulai berlaku pada Februari 2018, untuk memungkinkan organisasi agama yang terdaftar di negara bagian memiliki properti, menerbitkan literatur, melatih dan menyetujui pendeta, dan mengumpulkan sumbangan. Namun di samping hak-hak ini, kontrol pemerintah semakin meningkat. Aturan yang direvisi termasuk pembatasan sekolah agama dan waktu dan lokasi perayaan keagamaan, serta pemantauan aktivitas keagamaan online dan melaporkan sumbangan yang melebihi 100.000 yuan (sekitar $ 15.900).

    Direktur Human Rights Watch Cina, Sophie Richardson, mengatakan bahwa meskipun keyakinan beragama di Cina dilindungi oleh konstitusi, tindakan tersebut “tidak menjamin [PDF] hak untuk berlatih atau beribadah.” Praktik keagamaan terbatas pada “aktivitas keagamaan normal”, meskipun “normal” dibiarkan tidak terdefinisi dan dapat ditafsirkan secara luas. Negara mengakui lima agama: Budha, Katolik, Taoisme, Islam, dan Protestan. Praktik keyakinan lain secara resmi dilarang, meskipun sering ditoleransi, terutama dalam kasus kepercayaan tradisional Cina. Organisasi keagamaan harus mendaftar ke salah satu dari lima asosiasi agama patriotik yang direstui negara, yang diawasi oleh Administrasi Negara untuk Urusan Agama.

    Penghitungan pemerintah atas penganut agama yang terdaftar adalah sekitar dua ratus juta, atau kurang dari 10 persen dari populasi, menurut beberapa sumber, termasuk Tinjauan Berkala Universal 2018 dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Namun beberapa laporan independen menunjukkan jumlah pemeluk agama di Cina jauh lebih besar dan terus meningkat. Kelompok penelitian dan advokasi Freedom House memperkirakan pada tahun 2017 bahwa ada lebih dari 350 juta pemeluk agama di Cina, sebagian besar terdiri dari Buddha Cina, diikuti oleh Protestan, Muslim, praktisi Falun Gong, Katolik, dan Buddha Tibet. Banyak orang percaya tidak mengikuti agama terorganisir dan dikatakan mempraktikkan agama rakyat tradisional. Praktisi ini, bersama dengan anggota gereja rumah bawah tanah dan kelompok agama terlarang, merupakan banyak orang percaya yang tidak terdaftar di negara itu.

    Pejabat keamanan publik Cina memantau kelompok agama yang terdaftar dan tidak terdaftar untuk mencegah aktivitas yang mengganggu ketertiban umum, mengganggu kesehatan warga atau mengganggu sistem pendidikan Negara, sebagaimana ditetapkan oleh konstitusi Cina. Namun dalam praktiknya, pemantauan dan tindakan keras seringkali menargetkan kegiatan damai yang dilindungi oleh hukum internasional, kata pengawas hak asasi manusia. Secara keseluruhan, “kelompok agama telah terseret dalam pengetatan yang lebih luas dari kontrol PKT atas masyarakat sipil dan kecenderungan ideologis anti-Barat yang semakin meningkat di bawah Xi Jinping,” tulis Freedom House.

    Di bawah Xi, PKT telah mendorong untuk Sinisisasi agama, atau membentuk semua agama agar sesuai dengan doktrin partai ateis resmi dan adat istiadat mayoritas penduduk Han Cina. Peraturan baru yang mulai berlaku pada awal tahun 2020 mewajibkan kelompok agama untuk menerima dan menyebarkan ideologi dan nilai PKT. Organisasi agama sekarang harus mendapat persetujuan dari kantor urusan agama pemerintah sebelum melakukan kegiatan apa pun.

    Selain itu, Cina adalah rumah bagi salah satu populasi tahanan agama terbesar, kemungkinan berjumlah puluhan ribu; sementara dalam tahanan, beberapa disiksa atau dibunuh, kata kelompok hak asasi manusia. Kasus penahanan sewenang-wenang dan kekerasan yang dilakukan dengan impunitas telah membuat Departemen Luar Negeri AS menunjuk Cina sebagai negara dengan perhatian khusus atas kebebasan beragama setiap tahun sejak 1999.

    Ateisme dan PKC

    PKT secara resmi adalah ateis. Partai melarang lebih dari Sembilan puluh juta anggota partai dari menganut keyakinan agama, dan menuntut pengusiran anggota partai yang tergabung dalam organisasi keagamaan. Para pejabat mengatakan bahwa keanggotaan partai dan keyakinan agama tidak sesuai, dan mereka melarang keluarga anggota PKC berpartisipasi secara terbuka dalam upacara keagamaan. Meskipun peraturan ini tidak selalu ditegakkan secara ketat, partai secara berkala mengambil langkah untuk menarik garis yang lebih jelas tentang agama. Pada 2017, surat kabar resmi partai memperingatkan anggota PKT untuk tidak percaya pada agama, menyebutnya sebagai “anestesi spiritual.”

    Buddha Cina dan Agama Rakyat

    Cina memiliki populasi Buddha terbesar di dunia, dengan perkiraan 185-250 juta praktisi, menurut Freedom House. Meskipun Buddhisme berasal dari India, ia memiliki sejarah dan tradisi yang panjang di Cina dan saat ini merupakan agama terlembaga terbesar di negara tersebut. Secara terpisah, laporan Pusat Penelitian Pew tahun 2012 menemukan bahwa lebih dari 294 juta orang, atau 21 persen dari populasi Cina, mempraktikkan agama rakyat. Agama rakyat Tionghoa tidak memiliki struktur organisasi yang kaku, memadukan praktik dari Buddha dan Taoisme, dan terwujud dalam pemujaan terhadap leluhur, roh, atau dewa lokal lainnya. Meskipun jumlah penganut agama tradisional Cina sulit untuk diukur secara akurat, pembangunan kuil baru dan pemulihan kuil lama menandakan pertumbuhan agama Buddha dan kepercayaan rakyat di Cina.

    “Buddha, Daoisme, dan agama rakyat lainnya dipandang sebagai agama Tionghoa yang paling otentik dan ada lebih banyak toleransi terhadap agama-agama tradisional ini daripada Islam atau Kristen,” kata jurnalis Barbara Demick, mantan kepala biro Beijing untuk Los Angeles Times. Menurut Ian Johnson, penulis The Souls of Cina: The Return of Religion After Mao, ratusan, bahkan ribuan, kuil keagamaan rakyat tidak terdaftar dalam SARA tetapi ditoleransi.

  • Sekilas Tentang Orang Dai China
    inpatnet

    Penjelasan Sekilas Tentang Orang Dai China

    Penjelasan Sekilas Tentang Orang Dai China – Mirip dengan Yao, Dai adalah gabungan dari beberapa kelompok orang terkait. Dengan sejarah panjang dan budaya pencinta kesenangan, Dai telah mempengaruhi budaya Yunnan secara signifikan.

    Salah satu dari 55 etnis minoritas yang diakui secara resmi di China, Dai terkait erat dengan orang-orang Lao dan Thailand, memiliki sejarah yang terjalin erat dan posisi geografis yang relatif dekat. Ada lebih dari satu juta orang Dai yang tinggal di Cina, terutama di provinsi selatan Yunnan; namun, kelompok Dai terbesar tinggal di Myanmar, dengan perkiraan 6,3 juta. Meskipun semua orang Dai memiliki bahasa dan budaya yang sama, istilah ini sebenarnya adalah generalisasi dari beberapa orang berbahasa Tai-Kadai di selatan China. Untuk menjernihkan kebingungan dengan istilah tersebut, Thailand menyebut mereka Tai Lue, yang berarti masyarakat Tai secara umum.

    Tanah air

    Sekilas Tentang Orang Dai China

    Mayoritas Dai Tiongkok tinggal di Prefektur Otonomi Xishuangbanna Dai di ujung selatan provinsi Yunnan. Prefektur ini berbatasan dengan Myanmar di barat daya dan Laos di tenggara. Dengan budaya Dai yang mendominasi di Xishuangbanna, pengunjung ke wilayah ini akan merasa jauh lebih seperti mereka telah mendarat di Asia Tenggara daripada di Cina. Menyimpan sebagian besar keanekaragaman hayati Yunnan, Xishuangbanna adalah rumah bagi hutan hujan, tumbuhan langka, dan beberapa gajah Asia terakhir di Tiongkok. raja slot

    Banyak Dai juga tinggal di Prefektur Otonomi Dehong Dai dan Jingpo Yunnan, di mana penanaman kopi memberikan kontribusi besar bagi ekonomi lokal.

    Sejarah

    Karena Dai adalah istilah umum yang dibuat oleh Tiongkok, sulit untuk menentukan dengan tepat asal muasal kelompok masyarakat tersebut. Faktanya, istilah seperti itu tidak digunakan sampai berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, ketika apa yang disebut “Water Dai”, “Land Dai”, dan “Waist Festoon Dai” digabung menjadi satu Dai untuk tujuan sensus.

    Menurut Perpustakaan Kongres AS, nenek moyang Dai, Thai, dan Lao berasal dari tempat yang sekarang disebut Yunnan, tempat mereka hidup dari penanaman padi di dataran rendah. Sarjana lain percaya bahwa kelompok orang itu bahkan bisa menyimpang dari penduduk pulau Pasifik awal. Selama berabad-abad, Dai tinggal di desa-desa yang tersebar yang diperintah di bawah Muang, atau kerajaan. Sekitar abad ke-10 dan ke-11, mereka mendirikan kerajaan lokal yang kuat seperti Mong Mao dan Kocambi, yang mendominasi kelompok etnis lain di wilayah tersebut.

    Pertama kali Dai benar-benar dikuasai oleh Tiongkok adalah selama dinasti Yuan, ketika penakluk Mongol berhasil merebut Myanmar hingga ke selatan hingga kini. Dinasti berikutnya, Ming, mendorong keluar Mongol dan mulai merambah tanah Dai, menghasilkan serangkaian konflik berkelanjutan antara Dai dan Han Cina yang akan memuncak pada tahun 1874 ketika seorang Muslim Hui bernama Du Wenxiu menyatukan Dai dengan kelompok minoritas lainnya memberontak melawan dinasti Qing.

    Komunis mencoba melakukan reparasi dengan Dai, menetapkan Xishuangbanna sebagai prefektur otonom pada 1950-an, tetapi banyak Dai masih menghadapi penganiayaan selama Revolusi Kebudayaan dan melarikan diri melintasi perbatasan ke komunitas Dai di Thailand, Laos, Myanmar, dan Vietnam.

    Sekilas Tentang Orang Dai China

    Budaya

    Budaya Dai, seperti masyarakatnya sendiri, sangat hidup dan penuh variasi. Salah satu aspek budaya catatan adalah bahasa, atau lebih tepatnya, bahasa. Pembicaraan tentang dialek dan bahasa dalam cabang linguistik Tai-Kadai adalah satu hal yang membantu mempersatukan Dai. Namun, Dai di Tiongkok masih berbicara dalam berbagai bahasa, seperti Tai Lu, Tai Nua, Tai Dam, Tai Ya, Tai Hongjin, dan lain-lain. Akan tetapi, aksara Dai bersifat universal di antara bahasa-bahasa ini, dan sangat berbeda dari bahasa Cina dalam hal kepatuhannya pada sistem abjad, kemungkinan besar berasal dari bahasa Sanskerta.

    Banyak Dai di China merayakan Festival Percikan Air selama Tahun Baru (13-16 April), tanggal yang dipilih untuk menghormati hari lahir Buddha. Meskipun hari ini festival tersebut tampaknya hanya menjadi alasan bagi anak-anak untuk keluar dari sekolah dan menyemprotkan satu sama lain dengan senapan air, asalnya berpusat pada ritual “memandikan Buddha”. Festival ini juga dirayakan secara luas di Thailand, dengan nama Songkran.

    Masakan

    Meskipun masakan Yunnan merupakan perpaduan dari banyak gaya etnis lokal, sebagian besar berasal dari Dai. Masakan Yunnan menggunakan semua bagian alam. Tidak jarang penduduk setempat mengunyah serangga, bunga, pakis, jamur liar, atau ganggang, dan mereka yang cukup berani untuk mencoba kuliner ini akan merasa heran bahwa tidak semua orang makan seperti itu. Masakannya sering kali sangat pedas, meskipun tidak seperti masakan Sichuan atau Hunan yang pedas. Hidangan populer termasuk nasi nanas, kentang tumbuk dengan daun bawang dan cabai, dan keju susu kambing.

  • Sejarah Homoseksualitas di Cina
    inpatnet

    Sejarah Homoseksualitas Yang Terdapat di Cina

    Sejarah Homoseksualitas Yang Terdapat di Cina – Ketika sosiolog dan seksolog paling terkenal di China, Li Yinhe, berusaha untuk mengusulkan legalisasi pernikahan sesama jenis kepada badan penasihat politik tertinggi China pada tahun 2005, dia diberi tahu “China belum siap”.

    Belum siap untuk apa tepatnya? Tidak siap menerima bahwa sebagian besar dari populasinya sendiri memang gay? Belum siap melihat masyarakat China sebagai apa pun selain “straight?” Faktanya adalah bahwa China, sepanjang 5.000 tahun sejarahnya, telah melihat dan menerima homoseksualitas sebagai semacam tradisi, dan hanya sejak akhir dinasti China bahwa “China” dan “gay” telah menjadi identitas yang tidak dapat dinegosiasikan.

    Jika seorang pria Tionghoa berusia 50 tahun mendengar pernyataan, “Homoseksualitas secara tradisional diterima di Tiongkok”, dia kemungkinan akan bereaksi dengan mengatakan “Kamu salah”. Memang, dalam eksplorasi modern tentang toleransi homoseksual di Tiongkok, seperti penelitian sosiologis Li Yinhe dan film dokumenter tahun 2008 dari pembuat film Tiongkok, Queer Tiongkok, Kamerad Tiongkok (Zhi Tong Zhi), dibuat jelas bahwa Tiongkok modern tidak begitu saja menerima homoseksualitas. dewa slot

    Namun, kontraskan sikap ini dengan teks-teks yang lebih jauh dari abad ke-20. Catatan klasik Bret Hinsch tentang homoseksualitas di Tiongkok kuno, Passions of the Cut Sleeve, secara faktual mengemukakan bahwa sebelum abad ke-19 homoseksualitas dan homoerotisme tidak hanya diterima, tetapi sebenarnya dirayakan. Hinsch menggunakan analisis konten untuk menunjukkan bahwa dalam teks-teks Tiongkok kuno yang berasal dari beberapa ribu tahun yang lalu, cinta di antara pria adalah fenomena yang umum. Dia menemukan frase “Passion of the Cut Sleeve” (duan xiu zhi pi – 断 袖 之 癖) digunakan sebagai eufemisme untuk homoerotisme dalam karya sastra Cina. Asalnya adalah kisah seorang kaisar yang berbagi tempat tidur dengan salah satu pelayan pria kesayangannya. Untuk menghindari gangguan tidur pelayan saat kaisar turun dari tempat tidur, dia memotong lengan jubahnya yang menjadi sandaran pembantunya. Hinsch menunjukkan bahwa tindakan seperti itu jelas dipersepsikan sebagai cinta antara kedua pria tersebut, karena karya sastra kemudian menampilkan eufemisme yang sama untuk mengekspresikan cinta homoerotik.

    Karya Hinsch telah dirayakan oleh para sarjana homoseksualitas di Tiongkok sebagai bukti bahwa intoleransi terhadap homoseksualitas bukanlah aspek tradisional budaya Tiongkok. Sebaliknya, banyak aspek tradisi Cina hilang atau diubah selama Revolusi Kebudayaan (1966-1976) ketika Ketua Mao Zedong mendorong penolakan tradisi untuk merangkul modernitas. Sayangnya, dengan modernitas muncul eksposur definisi Barat tentang seksualitas, dan dengan demikian intoleransi Barat terhadap homoseksualitas. Ini bukan untuk mengatakan bahwa jika Tiongkok tidak pernah terpapar ke Barat, toleransi terhadap homoseksualitas akan tetap menjadi bagian dari budaya Tiongkok (meskipun itu memang mungkin). Terlepas dari itu, paparan psikiatri Barat membawa adopsi retorika “tongxinglianbing” atau “penyakit homoseksualitas”. Ketertarikan seksual sesama jenis menjadi dianggap tidak normal dan gangguan mental yang perlu disembuhkan. Memang, banyak orang di China masih menganggap homoseksualitas sebagai penyakit, meskipun telah dihapus dari teks psikiatri di China pada tahun 2001. Hingga tahun 1997, pria yang tertangkap melakukan tindakan homoseksual dapat dianiaya di bawah kejahatan “hooliganisme” (liumangzui), penganiayaan yang tertangkap dengan kuat dalam film 1996 “Istana Timur Istana Barat” (Dong Gong Xi Gong), yang merinci kisah seorang lelaki gay yang tertangkap di kamar mandi umum Beijing dan yang kemudian ditahan dan dipukuli.

    Dewasa ini, homoseksualitas mungkin tidak dianggap sebagai kejahatan atau penyakit menurut hukum, tetapi hal ini tampaknya tidak banyak mengubah sikap negatif umum terhadap homoseksualitas. Gagasan Konfusianisme tentang berbakti mengharuskan seorang anak melakukan peran yang diharapkan darinya, termasuk menikah dan memiliki anak sendiri. Keinginan untuk tetap berbakti ini bisa dibilang alasan utama bahwa “pernikahan kooperatif / palsu” (hezuo / xingshi hunyin), sebuah gagasan yang dipopulerkan oleh film Ang Lee tahun 1993 yang terkenal “The Wedding Banquet”, telah menjadi pilihan populer bagi banyak gay dan lesbian cina.

    Pernikahan kooperatif / palsu dapat berupa pernikahan antara pria gay dan lesbian, dengan keluarga dan teman yang tertipu dengan berpikir bahwa kedua pasangan adalah heteroseksual, atau pernikahan antara pria gay dan wanita heteroseksual yang tidak menyadari seksualitasnya, dengan suami melanjutkan untuk mengejar hubungan sesama jenis di luar pernikahan tanpa sepengetahuan wanita. Istri-istri ini disebut sebagai “homowives” atau “tongqi,” dan dikatakan menjadi persentase yang sangat signifikan dari populasi China. Meskipun istilah itu sendiri terasa agak sembrono, pengaturan seperti ini bisa sangat menyusahkan dan merusak; pada 2012, seorang wanita di Sichuan yang menemukan suaminya seorang gay melakukan bunuh diri.

    Sejarah Homoseksualitas di Cina

    Banyak pria gay China yang telah meninggalkan China telah menyatakan keinginan kuat untuk tidak kembali, tidak dapat menerima intoleransi yang mereka temukan di sana.

    Ini adalah kenyataan pahit bagi banyak wanita dan pria gay China yang menolak untuk memalsukan “kejujuran”. Memang, banyak gay Tionghoa telah meninggalkan tanah air mereka hanya karena alasan itu. Fenomena ini dikenal sebagai “migrasi seksual”, istilah yang diciptakan oleh Hector Carrillo pada tahun 2004 yang menyatakan bahwa banyak, jika tidak sebagian besar, migran gay telah bermigrasi secara khusus karena seksualitas mereka. Dalam kasus gay Tionghoa, mencoba menjadi gay dan Tionghoa saat tinggal di Tiongkok dapat dilihat sebagai kemustahilan, krisis identitas yang tidak dapat didamaikan, sehingga mereka memilih untuk meninggalkan Tiongkok, atau berpura-pura memiliki “gaya hidup yang lurus.”

    Seperti semua masyarakat modern, Tiongkok terus-menerus menyesuaikan diri dengan internal dan eksternal tekanan yang mendorong akomodasi untuk semua kelompok dan anggota masyarakat. Langkah-langkah kecil seperti pertumbuhan LSM yang mendukung komunitas LGBTIQ, serta pengembangan platform media sosial seperti Beijing LGBT (Beijing Tongzhi Zhongxin), berupaya menciptakan dialog terbuka di komunitas gay dan sekutunya.

  • Pengenalan Tentang Orang Sibe di China
    inpatnet

    Pengenalan Tentang Orang Sibe di Negara China

    Pengenalan Tentang Orang Sibe di Negara China – Sibe, juga ditulis sebagai Xibo atau Xibe, adalah salah satu dari 56 kelompok etnis yang diakui secara resmi di China. Mereka tersebar di sebagian besar China utara, dari Xinjiang di barat hingga Jilin di timur.

    Tanah air

    Meskipun Sibe berasal dari provinsi Jilin, di sepanjang Sungai Nen dan Liao, saat ini, sekitar 190.000 Sibe bermukim di utara Jilin dekat perbatasan China dengan Korea Utara, Shenyang di provinsi Liaoning, dan sejauh barat Prefektur Otonomi Ili Kazakh Xinjiang di Daerah Otonomi Qapqal Xibe.

    Sementara sebagian besar etnis minoritas di Cina mengelompokkan diri di satu wilayah umum, Sibe memiliki alasan historis untuk tempat tinggal mereka yang luas. Pada tanggal 18 April di kalender lunar, 1784, perwira Sibe dan personel militer yang setia kepada Kaisar Qianlong dipindahkan ke Xinjiang untuk mempertahankan perbatasan barat laut Qing. Di sana mereka tetap tinggal. idn slot

    Masih mengidentifikasikan sebagai satu orang, Sibe bagian timur dan barat telah berkembang menjadi dua budaya yang sangat berbeda berkat distribusi geografis mereka yang luas, dengan Sibe di timur lebih beradaptasi dengan norma-norma Han, dan Sibe di barat mempertahankan tradisi lama.

    Sejarah

    Sibe diyakini sebagai keturunan dari suku Xianbei, cabang dari suku Donghu kuno yang hidup sebagai pengembara di Pegunungan Khingan Besar di timur laut China.

    Sebelum Manchu naik ke tampuk kekuasaan dan mendirikan Qing, dinasti terakhir China, Sibe hidup sebagai pengikut Khorchin Mongol, memancing dan berburu dengan berdagang. Di bawah Qing, Sibe menjadi bagian dari Sistem Delapan Panji, di mana tentara wajib bertani selama masa damai dan dikirim untuk berperang selama masa perang. Dengan demikian, Sibe menjadi pendukung logistik Manchu melawan upaya ekspansi Kekaisaran Rusia ke China. Mereka menjadi begitu terkenal oleh orang Rusia sehingga seorang sarjana bahkan percaya Siberia dinamai menurut orang Sibe.

    Perbatasan barat Qing juga harus dipertahankan, di mana Sibe, bersama dengan Chahar Mongol dan Daur, wajib militer, karena populasi yang rendah di wilayah barat. Namun, setelah Sibe mencapai Xinjiang, Qing tidak mengirim perbekalan lebih lanjut, meninggalkan Sibe untuk mengurus diri mereka sendiri. Mereka mulai dengan memotong selokan irigasi ke tepi selatan Sungai Ili, mengubah bekas gurun menjadi lahan yang bisa diolah. Orang Sibe juga berbagi trik bertani mereka dengan orang Kazakh dan Mongol yang telah lama menghuni daerah yang pernah dilanda bencana alam.

    Pengenalan Tentang Orang Sibe di China

    Budaya

    Setelah tinggal di komunitas yang lebih padat di bagian pedesaan Cina, Sibe bagian barat lebih banyak mempertahankan budaya lama mereka. Sampai hari ini, mereka berbicara bahasa Xibe, yang merupakan bagian dari cabang bahasa Tungusic dari rumpun bahasa Altai. Sebaliknya, Sibe Timur menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa pertama mereka.

    Secara tradisional, Sibe bagian barat mengenakan pakaian yang mirip dengan gaya Manchu kuno, sedangkan Sibe bagian timur mengenakan pakaian yang tidak dapat dibedakan dari tetangga Han mereka.

    Namun, satu hal yang menyatukan Sibe timur dan barat adalah Festival Migrasi ke Barat tahunan. Pada bulan 18 April, tanggal yang menandai pemisahan Sibe menjadi dua kelompok berbeda, banyak Sibe berkumpul untuk menyanyi, menari, berlatih memanah, dan terlibat dalam praktik perdukunan yang mengingatkan kembali pada hari-hari mereka yang lebih religius. Selama festival, seorang dukun mengikat lonceng panjang di pinggangnya dan memegang drum, menari meniru alam.

  • Pengantar tentang Orang Bonan Tiongkok
    inpatnet

    Pengantar Tentang Orang Bonan Tiongkok, China

    Pengantar Tentang Orang Bonan Tiongkok, China – Bonan, atau Bao’an, nama yang berarti “Aku melindungimu”, adalah salah satu dari 56 kelompok etnis yang diakui secara resmi di China. Meskipun kehidupan mereka sekarang sangat berbeda, suku Bonan secara etnis sangat terkait erat dengan orang Monguor, yang mereka pisahkan pada abad ke-19.

    Tanah air

    Orang Bonan adalah salah satu kelompok etnis terkecil di Tiongkok, dengan hanya 20.000 anggota. Mereka bertempat tinggal di daerah provinsi Gansu di Jishishan Bonan, Dongxiang, dan Daerah Otonomi Salar. Daerah ini berbatasan dengan Qinghai di barat dan Sungai Kuning di utara dan ebagian besar merupakan daerah pegunungan. slot gacor

    Sejarah

    Orang Bonan adalah cabang dari Monguor, kelompok etnis yang dikenal secara terpisah karena praktik Buddhisme Tibet. Faktanya, Bonan yang tidak pernah masuk Islam masih tergolong Monguor. Mereka yang pindah ke timur ke Jishishan setelah Pemberontakan Dungan, bagaimanapun, diklasifikasikan sebagai Bonan oleh pemerintah saat ini mulai tahun 1949.

    Dapat dimengerti bahwa sejarah membingungkan mengingat fragmentasi kelompok masyarakat dan sistem penamaan yang agak sewenang-wenang yang diberlakukan pada mereka oleh Komunis.

    Sejarah awal Bonan / Monguor diperdebatkan dengan secara luas, dengan beberapa sarjana percaya bahwa orang-orang tersebut adalah keturunan langsung dari Xianbei – atau proto-Mongol – dan yang lainnya mengklaim bahwa Bonan / Monguor pertama kali muncul pada zaman Dinasti Yuan sebagai keturunan ras campuran dari pasukan Mongol yang ditempatkan di daerah Qinghai. Beberapa bahkan percaya Bonan / Monguor adalah keturunan dari Turki atau Han.

    Perpecahan antara Bonan dan Monguor dipicu oleh konversi Bonan ke Islam, kemungkinan besar didorong oleh guru Sufi Ma Laichi. Saat ini, kelompok itu secara keseluruhan tinggal di Kabupaten Tongren di daerah Tibet di provinsi Qinghai yang sekarang. Namun, Pemberontakan Dungan yang dimulai pada tahun 1862 menciptakan perpecahan yang lebih permanen antara Bonan dan saudara-saudara Monguor mereka. Pemberontakan Dungan adalah pemberontakan berdarah Muslim Hui melawan mayoritas Han yang dikatakan disebabkan oleh kesepakatan perdagangan yang buruk antara pedagang kedua kelompok tersebut. Meskipun Bonan tidak terlibat langsung dalam pemberontakan, yang menewaskan sekitar delapan hingga sepuluh juta orang, kepercayaan Muslim mereka menjadikan mereka simpatisan dengan Hui. Setelah pemberontakan, Bonan bergerak lebih jauh ke timur – ke tempat yang sekarang telah disebut sebagai Kabupaten Otonomi Jishishan Bonan, Dongxiang, dan Salar – untuk berada di sekitar individu yang berpikiran sama.

    Saat ini, Bonan dan Monguor terus berbicara dalam bahasa yang sama, tetapi kesamaan di antara keduanya berhenti di situ.

    Pengantar tentang Orang Bonan Tiongkok

    Budaya

    Bonan adalah Muslim Sunni dan sangat menghargai mengenai keyakinan mereka, memungkinkannya untuk mendikte banyak aspek kehidupan mereka. Dengan cara itu, mereka sangat mirip dengan Hui, yang darinya mereka hampir tidak dapat diidentifikasi secara visual. Seperti kebanyakan Hui, pria Bonan memakai topi tengkorak putih dan wanita berhijab. Wanita yang sudah menikah memakai penutup kepala hitam, sedangkan wanita lajang memakai warna hijau. Daging babi dilarang, seperti halnya merokok dan minum alkohol.

    Berdasarkan perdagangan, kebanyakan Bonan adalah petani dan penebang, meskipun pembuatan pisau memiliki status penting sebagai industri rumahan. Proses penempaan pisau yang sangat halus, yang mencakup lebih dari 80 anak tangga, terdaftar sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Nasional oleh pemerintah Tiongkok. Pisau dikatakan sangat tahan lama dan biasanya dibuat dengan tanduk sapi.

  • Pengantar Orang Pumi China
    inpatnet

    Penjelasan Tentang Pengantar Orang Pumi China

    Penjelasan Tentang Pengantar Orang Pumi China – Orang-orang Pumi yang berada di China, terkadang disalahartikan sebagai orang Tibet atau orang lain yang bertempat tinggal di pegunungan di barat daya China. Orang Pumi adalah sekelompok kecil orang yang berjuang untuk mempertahankan nama dan budaya mereka agar tetap hidup.

    Meskipun salah satu dari 56 kelompok etnis yang diakui secara resmi di China, Pumi sulit untuk diklasifikasikan seperti itu. Semua orang Pumi adalah keturunan dari kelompok nomaden yang sama, tetapi mereka telah banyak tersebar di seluruh pegunungan Yunnan barat laut dan barat daya Sichuan, sering kali lebih banyak berhubungan dengan tetangga Nakhi atau suku Mosuo daripada dengan Pumi lainnya. Mereka dulunya disatukan oleh bahasa yang sama, tetapi 43.000 Pumi yang tetap berbicara bahasa Mandarin pada saat ini. slot

    Nama Pumi sendiri diberikan kepada kelompok orang-orang tersebut pada 1960-an ketika pemerintah hendak menyatukan beberapa suku. Ini adalah mandarinisasi P’umi, Pei Er Mi, Peimi, Primi, Pimi, Primmi, Pruumi, P’ömi, dan P’rome, yang semuanya telah menjadi endonim yang digunakan oleh berbagai komunitas Pumi yang berada pada masa lalu. Diperkirakan akan ada 50.000 lebih orang Pumi jika mereka yang tinggal di Sichuan diberi label yang sama dengan mereka yang tinggal di Yunnan. Sebaliknya, semua Pumi Sichuan hanya disebut sebagai orang Tibet.

    Tanah air

    Semua orang Pumi non-Sichuan tinggal di Pegunungan Hengduan, biasanya di ketinggian di atas 9.000 kaki (2.700 m). Jangkauannya membentang di sebagian besar Yunnan, Sichuan, dan Tibet, serta sebagian kecil provinsi Qinghai dan Myanmar. Orang pumi terkonsentrasi terutama di Prefektur Lijiang, Prefektur Otonomi Tibet Diqing, dan Prefektur Nujiang Lisu dan Nu, semuanya ditemukan di provinsi Yunnan.

    Suku Pumi cenderung menetap di lembah, di mana gaya hidup pertanian memungkinkan. Secara historis, selain beternak, Pumi telah menghasilkan panen kecil jagung, gandum, buncis, barley, dan gandum.

    Sejarah

    Dipercaya bahwa nenek moyang orang Pumi adalah pengembara Qiang kuno dari Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, fakta yang didukung oleh akar Qiangic dari bahasa Pumi. Secara bertahap, Pumi bermigrasi ke selatan sampai dorongan terakhir dari invasi Mongol selama Dinasti Yuan memunculkan identitas Pumi tunggal dan rumah permanen di Pegunungan Hengduan. Perpecahan antara Yunnan dan Sichuan Pumi juga terjadi selama Dinasti Yuan. The Sichuan Pumi terintegrasi dengan Tibet lokal, sedangkan Yunnan Pumi mengembangkan tradisi dan adat istiadat mereka sendiri.

    Hingga pada awal abad yang kedua puluh, Pumi disebut sebagai Xifan, atau Barbarian Barat, oleh pemerintah Cina. Baru pada tahun 1957 seorang pria Pumi dari Kabupaten Ninglang pergi ke Beijing atas permintaan Perdana Menteri Zhou Enlai saat itu dan meminta agar orang-orangnya dipanggil Pumi.

    Pengantar Orang Pumi China

    Budaya

    Ada sedikit ciri budaya yang membuat Pumi unik dari suku bangsa lain. Mayoritas suku Pumi mempraktikkan Buddhisme Tibet dan merayakan hari libur nasional seperti Festival Musim Semi dan Hari Menyapu Makam.

    Pakaian tradisional untuk wanita Pumi termasuk rok panjang berlipit dengan sabuk multi-warna diikat di sekitar perut dan jaket dengan kulit kambing yang menutupi bagian belakang untuk kehangatan. Pria secara tradisional mengenakan rompi kulit kambing tanpa lengan dengan celana panjang dan topi Tibet.

    Tradisi pernikahan yang dibudayakan oleh suku Pumi sangat berbeda-beda tergantung pada lokasi tepatnya komunitas Pumi. Saat ini, perkawinan silang antara Pumi dan kelompok etnis lainnya diterima.

  • Mengetahui Tentang Orang Tibet di China
    inpatnet

    Mengetahui Tentang Orang Tibet Yang Ada di China

    Mengetahui Tentang Orang Tibet Yang Ada di China – Orang Tibet adalah salah satu kelompok etnis terbesar dan paling terlihat di China, sebagian berkat budaya unik, sejarah panjang, dan hubungan rumit mereka dengan pemerintah China. Mari pelajari lebih banyak tentang mereka.

    Sejauh terminologi, “Tibet” adalah istilah yang terlalu samar untuk mencakup semua dari 6 juta orang China yang diidentifikasi di bawah payung itu. Meskipun mudah untuk menggeneralisasi semua orang yang tinggal di Tibet sebagai “orang Tibet”, ada orang non-Tibet yang tinggal di daerah tersebut dan orang Tibet yang tinggal di luar daerah tersebut.

    Lebih jauh, subkelompok Tibet harus dipertimbangkan juga. Tiga suku utama adalah Changri, Nachan, dan Hor, yang pada gilirannya memiliki 51 sub-suku lainnya. Pembagian ini menjelaskan perbedaan keturunan, serta di tanah air. Namun, karena satu istilah menyederhanakan karakterisasi kelompok, istilah Tibet akan terus digunakan di seluruh artikel ini. slot online

    Tanah air

    Mayoritas orang Tibet tinggal di Tibet, yang menjadi bagian dari Cina modern pada tahun 1950. Di daratan itu dikenal sebagai Daerah Otonomi Tibet, atau Xizang. Menurut sebagian besar definisi, Tibet adalah provinsi paling terpencil di China, terletak di dataran tertinggi di dunia, dan dikontrol secara ketat oleh pemerintah China. Faktanya, semua pengunjung, baik orang Cina atau lainnya, harus mendapatkan visa atau izin khusus sebelum memasuki wilayah tersebut.

    Ibukota Tibet adalah Lhasa, kota dengan krisis identitas yang terlihat. Sementara bagian timur berisi budaya Tibet yang sangat terpelihara dengan baik, dengan penduduk setempat yang sering melakukan tindakan tradisional kora (meditasi berjalan searah jarum jam di sekitar situs suci), bagian barat hampir tidak dapat dibedakan dari kota China lainnya.

    Hampir semua orang Tionghoa Tibet lainnya tinggal di sepuluh Prefektur Otonomi Tibet yang terletak di seluruh provinsi Qinghai, Sichuan, dan Gansu.

    Tanah air Tibet adalah lingkungan yang tak kenal ampun, namun indah. Selama ribuan tahun, orang Tibet telah belajar beradaptasi di dataran tinggi, dan baru-baru ini para ilmuwan telah menemukan ciri-ciri biologis yang memungkinkan hal ini. Misalnya, orang Tibet membawa gen yang membantu darah mereka menyerap oksigen dengan lebih baik, serta meningkatkan kadar oksida nitrat, yang membantu pelepasan oksigen ke jaringan.

    Sejarah

    Kebanyakan cendekiawan percaya bahwa orang Tibet adalah keturunan dari orang Qiang kuno, yang tercatat sebagai nenek moyang dari banyak kelompok etnis China barat daya. Sekitar lima hingga enam ribu tahun yang lalu, orang Tibet menyimpang dari Qiang dan bermigrasi ke selatan ke Himalaya. Berbagai suku dan kerajaan terbentuk dan bergabung selama bertahun-tahun hingga seorang raja yang kuat bernama Namri Songtsen mendirikan Kekaisaran Tibet. Raja menguasai sebagian besar provinsi modern Tibet, Qinghai, Gansu, Sichuan, dan Yunnan, serta Nepal dan Bangladesh di bawah kendalinya.

    Karena sulitnya melakukan perjalanan melalui medan yang luas dan beragam, menjadi tidak mungkin bagi kaisar Tibet untuk mempertahankan kekuasaan terpusat. Menjelang abad kesembilan, agama Buddha juga diperkenalkan kepada orang Tibet, menciptakan perpecahan yang jelas antara pengikut agama baru ini dan mereka yang memilih untuk menganut agama tradisional Bön. Jadi, Tibet sebagian besar tetap terfragmentasi sampai ditaklukkan oleh Mongol selama Dinasti Yuan.

    Yuan dikreditkan hingga hari ini sebagai salah satu dinasti China terbesar dan paling sukses, meskipun diperintah oleh orang asing. Menariknya, Tibet sebagian besar tetap terpisah dari China selama waktu ini, sebaliknya diatur oleh Biro Urusan Buddha dan Tibet.

    Setelah jatuhnya Yuan, Tibet menikmati kemerdekaan relatif selama 400 tahun, pertama kali diperintah oleh keluarga berturut-turut dan kemudian oleh Dalai Lama.

    Dinasti asing lainnya, kali ini Qing, yang akhirnya membawa Tibet di bawah kekuasaan China sekali lagi. Apa yang cenderung menjadi fokus para separatis Tibet adalah pencaplokan Tibet ke dalam Republik Rakyat Cina pada tahun 1950, keputusan kontroversial yang membawa perubahan dan kekacauan besar-besaran ke Tibet selama abad kedua puluh dan dua puluh satu.

    Budaya

    Mengetahui Tentang Orang Tibet di China

    Terlepas dari penindasan budaya Tibet, ia terus hidup dalam berbagai bentuk melalui berbagai kelompok dan suku Tibet. Saat ini, diperkirakan 10 persen dari semua orang Tibet masih menganut agama Bön, yang percaya pada serangkaian dewa rumah tangga dan memiliki banyak kesamaan dengan Buddha Tibet, berkat pengaruh besar yang terakhir di Tibet. Faktanya, ada teori bahwa Bön tidak dianggap sebagai agama yang konkret sampai diperkenalkannya agama pesaing.

    Semua orang Tibet lainnya menganut agama Buddha, Islam, Kristen, atau Hindu Tibet, yang sekali lagi menunjukkan sifat yang beragam dari kelompok etnis tersebut.

    Di semua orang Tibet, tradisi yang tak terhitung banyaknya dipraktikkan, dari festival unik hingga kreasi seni. Diperlukan beberapa buku untuk menjelaskan semuanya.

    Masakan

    Karena iklim Tibet yang dingin dan pegunungan, orang Tibet menanam dan makan sedikit sayuran dan tumbuhan. Sebaliknya, mereka mengandalkan pola makan daging, susu, dan jelai. Hidangan populer termasuk yak atau sup kambing, pangsit barley yang disebut momos, sup mie thukpa, dan teh mentega yak yang membutuhkan waktu untuk membiasakan diri.

  • Mengapa Orang China Minum Air Panas?
    inpatnet

    Mengapa Orang China Selalu Minum Air Panas?

    Mengapa Orang China Selalu Minum Air Panas? – Di Cina, tidak hanya air yang paling baik untuk disajikan dengan pipa panas, meminum air panas juga dipandang sebagai obat untuk semua penyakit mulai dari penyakit flu biasa hingga penyakit kolera. Mengapa orang China tidak keberatan membakar lidah mereka setiap kali meminum air panas? Seperti kebanyakan pertanyaan, jawabannya terletak pada sejarah. Ini semua yang perlu Anda ketahui.

    Kebiasaan minum air panas di Cina melampaui preferensi yang sangat sederhana. Menurut pengobatan tradisional China, setiap tubuh yang dimiliki manusia terdiri dari unsur yin dan unsur Yang. Seseorang tetap sehat ketika unsur yin dan unsur yang mengalami seimbang. Namun, jika unsur Yang menjadi terlalu kuat, suhu internal tubuh meningkat, dan orang tersebut menjadi rentan terhadap sejumlah penyakit.

    Untuk mengobati penyakit ini, orang tersebut harus menyingkirkan unsur Yang ekstra, atau panas berlebih. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengonsumsi makanan dan minuman dalam kategori unsur yin. Air panas, misalnya, adalah minuman yin. Hal ini diyakini benar-benar menurunkan suhu internal tubuh, dapat memulihkan keseimbangan dan, dengan itu, kesehatan orang tersebut. premium303

    Meskipun tampaknya berlawanan dengan intuisi untuk memasukkan lebih banyak panas ke dalam tubuh ketika akar masalahnya adalah terlalu banyak panas, ada preseden historis dari obsesi China dengan minum air panas untuk manfaat kesehatannya.

    Orang Cina telah minum air panas setidaknya sejak abad ke-4 Sebelum Masehi. Saat itu minuman panas menurut Sebagian orang dipandang dapat mengeluarkan kelembapan dari tubuh, sedangkan minuman dingin secara alami dapat mendinginkan tubuh. Tetapi tidak semua orang memiliki akses ke kemewahan bahan bakar untuk kompor. Dengan demikian, air panas disediakan untuk mereka yang paling membutuhkan, yaitu ibu hamil, lansia, dan orang sakit.

    Oleh karena itu, secara bertahap, tumbuhlah hubungan antara kesehatan dan adanya konsumsi air panas.

    Namun, baru pada tahun 1862, hubungan ini dikukuhkan sebagai aturan emas pengobatan tradisional. Tahun itu, wabah kolera meletus di Shanghai, menewaskan hingga kurang lebih 3.000 orang setiap hari, banyak di antaranya adalah pengungsi dari Pemberontakan Taiping yang sedang berlangsung. Dari Shanghai, penyakit menyebar ke utara, mencapai ibu kota Beijing.

    Di sisi lain, pada bagian selatan tetap tidak tersentuh penyakit. Diketahui pada saat itu bahwa orang selatan lebih banyak minum air panas daripada orang utara. Dan sementara peninjauan ke belakang telah memperjelas bahwa penyebab sebenarnya dari perjalanan ke utara kolera adalah kapal pos, mitos bahwa air panas telah menyelamatkan selatan menyebar secepat penyakit itu sendiri.

    Mengapa Orang China Minum Air Panas?

    Pada saat Komunis mengambil alih tahun 1949, minum air panas telah menjadi pilihan yang luas di antara orang-orang dari setiap posisi geografis dan afiliasi partai. Kaum Nasionalis bahkan mempromosikannya dalam buku panduan tahun 1934 Essentials of the New Life Movement.

    Pada tahun 1952, pemerintah Komunis yang baru meluncurkan Kampanye Kesehatan Patriotik nasional mereka, dengan poster digantung di sekolah-sekolah yang menyatakan bahwa “Anak-anak harus menanamkan kebiasaan minum air matang tiga kali sehari!”

    Dan masih hari ini, sulit untuk menemukan orang China tanpa termos di tangan dan bahkan lebih sulit untuk mendapatkan air dingin di restoran. Dokter memberi nasihat untuk minum air panas tidak peduli seberapa parah penyakit pasien, dan bahkan ketika popularitas obat tradisional menurun, minum air panas tetap menjadi sisa terkuat di China di masa lalu.